Benarkah Masyarakat Berpenghasilan Rendah Mudah Mendapat Rumah Subsidi?




Wacana program rumah subsidi sudah mulai dipublikasikan sejak tahun 2014. Kini rencana program tersebut sudah mulai direalisasikan di sejumlah daerah. Demi mewujudkan kebutuhan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) akan hunian pribadi, pemerintah pun menjalin kerja sama dengan sejumlah pengembang properti dan pihak bank. 

Tetapi kenyataannya, tidak semudah itu MBR bisa memiliki rumah pribadi. Semua orang pasti paham kalau niat pemerintah itu baik. Karena menginginkan taraf kesejahteraan masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah kian meningkat. Tetapi apa benar keinginan MBR untuk punya rumah sendiri bukan sekadar angan-angan?
 
Yuk cari tahu faktanya!

DP Mulai dari 1%, Beneran Nih?

 

Pemerintah mengumumkan kesempatan memiliki rumah subsidi bagi MBR dengan DP (down payment atau uang muka) sebesar 1%. Tak usah muluk-muluk mengharapkan DP 1%. Karena kenyataannya hampir tidak ada pengembang properti yang menawarkan hunian pribadi dengan DP 1%. Nilai DP yang harus dibayarkan MBR berkisar antara 5% hingga 10%.

Selain DP, Jangan Lupa dengan Biaya Surat-Surat Rumah

 

Kalau pun ada yang menawarkan DP 1%, jangan lupa dengan kewajiban membayar surat-surat. Ada lho orang yang sempat kaget dengan biaya surat-surat yang harus dilunasi. Mari menyimak hitung-hitungan sederhananya :


Harga Rumah
Rp 135.000.000


DP (misalnya 1% dari harga rumah)
= 1% x Rp 135.000.000
= Rp 1.350.000

Rp 1.350.000
Biaya Surat
= Rp 25.000.000
Rp 25.000.000


Total Kewajiban yang Harus Dibayar
(DP + Biaya Surat)
Rp 26.350.000

Simulasi perhitungan tersebut dilakukan dengan kisaran DP 1%. Padahal jelas banyak pengembang properti yang menetapkan DP minimal 5%. Total biaya surat yang dikenal dengan istilah “biaya adm KPR” pun variatif. Suka-suka yang mau jual rumah deh pokoknya.

Ini Contoh Konkret dari Brosur Lho
Sumber :
Dokumentasi Pribadi

Sudah terbayang kan berapa besarnya biaya yang harus disiapkan MBR untuk menghuni rumah pribadinya. Kurang lebih harus menyiapkan 30 hingga 40 jutaan, ya.

Apakah Rumahnya Benar-Benar Siap Dihuni?

 

Bagian belakang rumah masih berupa lahan terbuka.
Sumber :
Dokumentasi Pribadi


Semua orang tentu tahu bahwa bentuk rumah standar masih berupa bangunan yang bagian belakangnya belum ditutup. Bagian bawah halaman belakang masih berupa tanah dan bagian atasnya masih membuat si empunya rumah leluasa menatap langit. Belum ada meja dapur dan letak septic tank-nya pun relatif rendah sehingga mudah penuh dalam beberapa tahun.

Selain itu, bagian depan rumah biasanya juga masih berupa lahan kosong berbahan tanah. Gayanya sih ala-ala sistem cluster semacam di luar negeri. Apakah aman kalau meletakkan motor atau jemuran di rumah tak berpagar?

Kalau mau rumah yang benar-benar layak huni, tentu saja MBR harus merogoh kocek lagi untuk membuat pagar, menutup bagian belakang rumah, membuat ruangan dapur atau memoles dinding rumah dengan cat berkualitas. Besar biaya yang dibutuhkan tentu bervariasi tergantung dari jenis renovasi yang hendak dilakukan. Mungkin 15 atau 20 juta rupiah sudah cukup untuk melakukan renovasi ala kadarnya.

Ingin Rumah yang Letaknya Strategis? Ya Bayar Lagi!

 

Lumayan rapi, ya? Iya. Tapi ini rumah contoh pemasaran. Gak dijual.
Sumber :
Dokumentasi Pribadi

Rumah subsidi yang letaknya cukup dekat dengan gerbang kerap dibanderol dengan total DP yang lebih tinggi daripada rumah yang letaknya jauh ke dalam. Itu pun kalau persediaannya masih ada. MBR yang sudah punya cukup tabungan pun belum tentu beruntung mendapatkan rumah di lokasi yang strategis.

Rumah-rumah subsidi yang letaknya strategis biasanya sudah diburu lebih dahulu oleh orang-orang kalangan menengah ke atas yang ingin berinvestasi. Jelas saja cocok untuk investasi. Selain cicilannya yang relatif lebih ringan dari rumah komersil, harga rumah subsidi pun kian meroket dari tahun ke tahun. Terutama jika lokasi sekitar perumahan subsidi dibangun secara pesat dalam waktu beberapa tahun ke depan.

Sudah Punya Rumah KPR, Hidup Jadi Lebih Menyenangkan?

 

Rasanya sih gak juga, ya. Pengembang properti biasanya membuka lahan perumahan subsidi di lokasi yang letaknya jauuuuuuuuuuuuh dari pusat kota. Membeli sebidang besar tanah di kawasan “udik” pasti jauh lebih menguntungkan bagi pengembang properti. Tinggal membangun petak-petak rumah subsidi yang mungil, maka lahan kosong super murah pun menjelma jadi rumah dengan harga tinggi.

Saking jauhnya, sampai belum ada akses transportasi umum ke kawasan tersebut. Bensin untuk motor memang tidak seberapa. Tetapi cukup terasa juga bebannya jika perjalanan ke rumah baru membutuhkan waktu setengah hingga 1 jam dari pusat kota. Atau bahkan pengemudi ojek online bisa bingung saat mengantar ke tempat itu karena sudah tidak ada di jangkauan GPS-nya.

Itu baru tinjauan dari segi akses transportasi. Jangan lupa dengan tinjauan lain mengenai akses komunikasi. Karena daerahnya tergolong jauh dari pusat kota, sudah pasti akses komunikasinya juga masih sulit. Jangankan sinyal internet 4G, berhasil dapat sinyal telepon saja sudah bersyukur. Keinginan untuk berleha-leha di rumah baru sembari asyik bermain internet tampaknya harus diurungkan dulu selama beberapa tahun ke depan.


Dalam novel populernya, Andrea Hirata pernah menulis sebuah kalimat yang sederhana namun sangat istimewa.

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.”


Indah sekali. Tetapi kalimat itu tidak bisa jadi pegangan buat MBR yang hendak membeli rumah subsidi. Selain harus punya mimpi untuk taraf hidup yang lebih baik, tentu saja MBR juga harus punya jumlah uang yang terbilang lebih dari cukup.

Terdengar sarkasme? Ah, hidup memang keras, Pak, Bu. Tak jarang sarkasme jadi hal krusial yang bisa membuka mata banyak orang. Karena hidup tidak cuma butuh mimpi, melainkan juga butuh perjuangan.










11 comments

  1. jika bisa seperti kayak di atas tersebut. kemungkinan nanti saya akan juga membeli rumah untuk keluarga kecil aku nanti...hehe ammmmiinnnnnnn
    membantu banget info di atas tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin.
      Semoga segera kesampean cita-citanya, gan.
      Mulai nabung dari sekarang deh :)

      Delete
  2. Wah saya baru tau kalo rumah bersubsidi itu itungan sama penampakannya kayak gitu. Harus bener-bener nabung dari sekarang nih biar dapet rumah yang lebih layak. Makasih loh infonya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Masnya ;)
      Iya, sekarang bentuk luarnya emang lumayan.
      Tapi bangunannya masih standar banget,
      memang butuh banyak uang untuk dapet yg lebih ok

      Delete
  3. Beli rumah itu sepertinya memang harus berkorban banyak. Uang iya. Tenang untuk nyari uang iya. Waktu untuk nyari uang iya. Padahal, rumah adalah kebutuhan pokok manusia. Kok harganya mahal banget ya. Kenapa nggak dikasih rumah gratis saja untuk MBR ya. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu dia tuh keinginan MBR dan segenap rakyat Indonesia, Mas Per.
      Kalo ada yang gratis kan kebutuhan primer segera terpenuhi, ya.
      Jadi gak usah pusing mikirin mau neduh dimana, deh :)

      Delete
  4. Harga rumah tiap tahun makin naik #Nyesek
    sempat dapat harga murah pun tar bunga bank naik juga tiap tahun

    Negriku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener tuh Mas,
      lama-lama harganya jadi gak keuber ya saking mahalnya...

      Delete
  5. Iya..y mba Mel kadang kita ditipu dg iklan iklan yang seuper terjangkau gak taunya ADMbnyabselangit..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, Mbak. Kayaknya kita mesti ngumpulin duit sampe lama banget ya biar bener-bener siap beli rumah :D

      Delete
  6. terimakasih bos buat infonya dan salam sukses

    ReplyDelete