Mengganti TransJakarta dengan Angkot Itu Tolol? Ini 7 Alasannya!




Persaingan pilkada DKI Jakarta akan segera memasuki putaran kedua. Namun bukan hal tersebut yang menggelitik saya untuk berkomentar. Aroma kompetisi antara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi memang terbilang sengit. Tetapi masih banyak hal lain yang lebih penting untuk dibahas. Salah satunya adalah rencana Anies Baswedan yang hendak mengalihkan subsidi TransJakarta untuk mode transportasi angkot (angkotan kota).


Beberapa tahun belakangan ini, jumlah angkot di ibu kota memang sudah berkurang drastis. Hal ini tak luput dari usaha pemerintah DKI Jakarta yang giat membangun TransJakarta. Transportasi dengan konsep BRT (Bus Rapid Transit) adalah salah satu solusi tepat bagi Jakarta. Tentu saja sembari menunggu monorel dan MRT (Mass Rapid Transit) yang segera rampung beberapa tahun mendatang.


Setelah mengamati visi misi calon gubernur DKI Jakarta tersebut, saya mulai mengingat kembali salah seorang dosen saya. Salah satu dosen terbaik di universitas tempat saya belajar, yang pernah menempuh pendidikan bidang transportasi di Jepang. Ketika saya kuliah, saya mendapatkan banyak pelajaran mengenai transportasi umum dari beliau. Tampaknya dosen saya juga terpancing untuk mengemukakan pendapat tentang rencana Anies Baswedan yang ingin kembali menyuburkan angkot di ibu kota.

Status Facebook berisi pendapat dosen saya itu akhirnya membuat saya tergugah untuk memaparkannya dalam bentuk artikel. Inilah 7 alasan yang membuat TransJakarta (sangat amat jauh) lebih berkualitas ketimbang angkot :

Lantai Bus Sama Tinggi dengan Lantai Halte

Semua lantai halte TransJakarta didesain dengan ketinggian khusus agar sama dengan tinggi lantai bus. Hal ini akan meminimalkan risiko kecelakaan penumpang ketika naik atau turun dari bus. Coba bandingkan dengan angkot yang bisa berhenti di sembarang tempat.

Kadang-kadang angkot berhenti di tepi trotoar atau di tempat yang permukaannya jauh lebih rendah daripada lantai angkot. Tentu saja hal ini akan menyulitkan penumpang, memperbesar risiko kecelakaan, dan membuat waktu untuk menaiki angkot menjadi lebih lama. Tentu tidak efisien, kan?

Kapasitas Bus yang Memadai

Bus TransJakarta dengan ukuran standar 12 m dapat memuat 60 hingga 70 penumpang. Sementara bus TransJakarta gandeng dengan panjang 18 m diperkirakan bisa mengangkut hingga 100 penumpang. Lantas bagaimana dengan angkot?

Yuk berhitung dulu! Bagian depan angkot bisa diisi oleh dua orang penumpang, itu pun penumpang dengan ukuran tubuh yang tidak terlalu besar. Di bagian belakang, bangku yang lebih panjang disiapkan untuk 6 penumpang dan bangku yang lebih pendek untuk 4 penumpang. 

Jangan panik dulu! Masih ada bangku kecil yang terbuat dari kayu khusus untuk 2 orang penumpang lagi. Bersiaplah duduk berdesak-desakan tanpa kesempatan untuk meregangkan otot-otot tubuh. Jadi, duduk yang rapi di dalam angkot ya, Mas, Mbak. Sebentar lagi mau difoto nih!

 

Pintu Bus Berukuran Besar

Iya, pintu bus TransJakarta memang berukuran besar. Jangan dibandingkan dengan ukuran pintu angkot yang pas-pasan dan sering bikin penumpang jadi kejedut atap angkot. Ukuran pintu bus yang besar membuat penumpang TransJakarta bisa keluar masuk bus secara cepat dan aman. Perpaduan pintu bus berukuran besar dengan lantai bus yang sama tinggi dengan halte akan membuat penumpang disabilitas jadi lebih mudah bepergian dengan transportasi umum.

Emangnya kamu kira kursi roda itu muat kalo dimasukkin ke dalam angkot?
Hah? Ayo jawab! (Malah emosi jiwa.)

Sistem Pembayaran Tiket yang Teratur

Semua orang yang ingin menggunakan jasa TransJakarta harus melalui sistem yang sama. Masuk ke halte TransJakarta lalu menggunakan e-money sebagai bentuk tiket elektronik yang sah. Selanjutnya, penumpang pun harus menunggu kedatangan bus bersama dengan penumpang lainnya.

Apa yang terjadi pada sistem pembayaran angkot?
Semua penumpang akan naik dulu, kemudian baru membayar saat sudah sampai di tempat tujuan. Tak jarang pula sopir angkot misuh-misuh saat mendapati penumpang yang ongkosnya kurang atau hanya membayar dengan senyum dan ucapan terima kasih. Saya malah pernah bertemu orang dengan gangguan jiwa yang membayar sopir angkot dengan segenggam permen. Pssst, dia punya sekantong permen sebagai modal berkeliling Jakarta.

TransJakarta Beroperasi di Jalur Cepat

TransJakarta memang didesain dengan jalur cepat khusus yang membedakannya dengan mode transportasi umum lainnya. Sehingga TransJakarta punya waktu tempuh yang lebih singkat. Keberadaan halte yang terletak di sekitar jalur cepat juga tak akan mengganggu sistem lalu lintas. Justru jalur cepat yang steril dari kendaraan lain akan membuat TransJakarta bisa beroperasi dengan baik. Waktu tunggu dan waktu tempuhnya pun semakin dapat diandalkan.

Penumpang yang familiar dengan angkot tentu tak asing dengan gaya naik dan turun angkot. Siapa pun berhak naik dan turun angkot di tempat mana pun yang dikehendakinya. Hal seperti ini rentan menyebabkan kecelakaan beruntun atau kemacetan di jalanan sempit. Seandainya ada 50 unit angkot yang beroperasi pada rute dan jam yang sama, bisa dibayangkan bagaimana padatnya kondisi jalanan saat itu?


Sistem Pengamanan Ketat pada TransJakarta

TransJakarta punya sistem pengamanan yang ketat. Sejumlah petugas TransJakarta selalu siaga di halte maupun di dalam bus. Semuanya berseragam rapi. Petugas TransJakarta akan memandu penumpang yang belum familiar dengan rute TransJakarta. Keamanan dan kenyamanan penumpang TransJakarta juga lebih terjaga sejak jumlah petugas TransJakarta ditambah sesuai kebutuhan.

Nanti apakah penumpang bisa menemukan petugas TransAngkot di dalam angkot?
Tentu saja mustahil, ya. Bisa-bisa kapasitas angkot jadi berkurang karena petugas TransAngkot. Apalagi kalau petugasnya gemuk. Lain soal sih kalau petugas TransAngkot-nya bersedia ditempatkan di bagian atas angkot.


Nyaman Berwisata Keliling Kota dengan TransJakarta

Wajah ibu kota kini semakin berseri-seri berkat armada TransJakarta yang baru. Ratusan bus TransJakarta yang bentuknya menarik dan sangat nyaman siap mengantar penumpang berkeliling kota. Para karyawan kantoran yang penampilannya necis pun tak perlu khawatir akan berkeringat atau bau ketek karena bus TransJakarta yang pengap. Semua bisa naik dan turun dari bus TransJakarta dengan praktis dan nyaman. Apalagi baru-baru ini TransJakarta seri vintage baru saja diluncurkan. Penampilannya sangat unik dengan klakson telolet yang menambah kesan jadul, Om telolet Om.



Rute TransJakarta yang panjang membuat perjalanan penumpang jadi lebih hemat waktu dan efektif. Kini TransJakarta juga memiliki koneksi dengan APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway) yang mencakup rute di wilayah Jabodetabek. Sedangkan angkot biasanya hanya melayani rute dengan jarak pendek. Tak terbayangkan betapa lelah dan lamanya waktu perjalanan yang harus ditempuh penumpang. Mungkin penumpang mesti naik turun angkot 3 hingga 5 kali untuk pergi ke tempat yang jauh.


Saya bukan warga ibu kota. Tetapi saya dulu punya pengalaman 4 tahun bolak-balik Jakarta Tangerang dengan bus TransJakarta. Rutinitas itu saya lakukan setiap hari, dari awal kuliah hingga jadi sarjana. Tiga tahun belakangan ini, kondisi bus dan rute TransJakarta sudah jauh lebih baik daripada kondisi waktu saya kuliah dulu. Semoga perbaikan ini akan berlanjut dan membuat TransJakarta menjadi lebih nyaman lagi. Pemimpin Jakarta yang berdedikasi dan punya kesungguhan hati tentu akan menjadi jalan untuk mewujudkannya.


Sumber :
https://www.facebook.com/fergi.gunawan/posts/1469686239738694?pnref=story












 


4 comments

  1. ya masih mendingan bus transjakarta ketimbang angkot.. sudah ada jalur kususnya.. jadi sedikit mempersingkat perjalanan..

    ReplyDelete
  2. Yang suka bikin macet itu kalau angkotnya ngetem lama atau tiba berhenti di tengah jalan akibat banyak yang menumpuk. Tak jarang menyebabkan kecelakaan.

    ReplyDelete
  3. Kalau dipikir2 sih memang lebih enak pake transJakarta meski gk pernah pake juga sih. Soalnya ngerasa naik angkot itu gak nyaman, banyak asap rokok juga

    ReplyDelete
  4. setuju banget nih sama kamu, Mel!

    ReplyDelete