15 Kutipan tentang Ikhlas


Bukanlah kesabaran jika masih mempunyai batas
dan
bukanlah keikhlasan jika masih merasakan sakit.

Ikhlas itu seperti ayam.
Ayamlah yang bersusah payah menghasilkan telur.
Namun, setelah digoreng “ceplok” yang dapat nama harum adalah sapi.
Karena disebut “telur mata sapi” bukan “telur mata ayam”.

Ikhlas itu begini:
Kau rawat kepompong hingga menjadi kupu-kupu.
Meskipun kau tahu bahwa semua yang bersayap akan selalu terbang.

Ikhlas adalah ketika kita mampu diam saat seharusnya membalas.
Tersenyum meski ingin marah.
Dan berkata maaf meski tidak salah.

Sebab ikhlas itu tak terucap. Sedangkan sabar itu tak berujung.

Ikhlas itu berproses tiada henti yang harus diperbarui lagi dan lagi, terus dan terus.

Aku mencoba ikhlas dari suatu kehilangan dan tersenyum dari suatu kesakitan.

Sabar itu pahit. Jujur itu pahir. Ikhlas itu sangatlah pahit. Namun semua yang pahit menyembuhkan segala macam penyakit.

Jadilah orang yang paling ikhlas, bukan yang paling baik.
Sebab dalam kebaikan belum tentu ada keikhlasan.
Tapi orang yang ikhlas niscaya ada baiknya.

Kenapa harus ikhlas?
Karena tidak setiap orang memperlakukanku
Layaknya kamu memperlakukan mereka.

Sesekali pinjamlah hati mereka yang kamu lukai, yang kamu ambil haknya.
Agar kamu tahu rasanya sabar.
Agar paham bagaimana ikhlas.
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.

Ikhlas tidak butuh ilmu apa pun.
Ikhlas butuh praktik segera.
Saat ikhlas, pikiran dan hati tenang.
Walau tak semua dapat dilogikakan.

Akan ada saatnya di mana percayamu dikecewakan
lalu hatimu dengan sengaja dipatahkan.
Dan saat itu kamu akan tahu apa maksud dari keikhlasan.

Belajarlah ikhlas dari sekarang.
Hingga tiba waktunya kau sudah mahir mengikhlaskan apa yang sudah semestinya.


Ikhlas itu ibarat keset. Letaknya selalu di kaki. Tugasnya membersihkan kaki dari kotoran, debu, atau becek. Keset tidak pernah dan tidak boleh mengeluh. Mana ada keset yang boleh berpendapat. Sekotor apa pun, tempatnya tetap di situ. Mana ada orang curhat sama keset. Kalau sama boneka sih masih ada. Keset adalah salah satu bagian rumah yang setia membersihkan walaupun keberadaannya sering tak dianggap.
Tahap keikhlasan tertinggi terjadi ketika kita rela menempatkan diri sebagai keset.








2 comments

  1. Sedih, analogi keikhlasnya harus jadi 'keset' banget ya? Hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahahaa. Itu perumpamaan aja, Gan. Biar lebih dalem maknanya :)

      Delete