Rindu Kebiasaan Adalah Hal Terpilu dari Kehilangan

Rindu Kebiasaan Adalah Hal Terpilu dari Kehilangan

Aku kangen kalian.

Kangen lihat kalian tertawa-tawa bertiga, saling ledek, saling ejek, saling kepo.

Kangen dengar suara ketawa kalian.

Kangen menunggu kalian memutuskan mau pesan minuman apa saat kita pergi bersama.

Kangen melakukan hal-hal yang dulu biasanya kita lakukan.

Sekarang kita sudah tidak bisa lagi.

Aku masih tidak tahu apa penyebabnya.

Mengapa kita tidak bisa melakukannya lagi.

Entah mengapa kebahagiaan itu lepas dari genggaman kita.

 

Tapi tenang saja.

Aku tak akan meminta apapun.

Bahkan meminta kepada Dia pun aku sudah tak punya muka.

Asalkan kalian sehat dan bahagia di jalan masing-masing, aku juga bahagia.

Percayalah, bermimpi tentang kita sama-sama lagi pun aku tidak pernah.

Aku memang sebegitu pasrahnya meskipun hati tidak pernah ikhlas.

 

Aku tahu setiap orang punya batas egonya masing-masing.

Maka tak akan kupaksakan egoku hingga berbenturan dengan ego-ego kalian.

Namun, hati rasanya tak pernah rela melihat kebatilan menang.

Oh, berarti sinetron-sinetron yang kutonton itu benar,

Kebenaran hanya ilusi yang selalu kalah dengan kejahatan.

 

Biarlah mereka yang jahat tertawa bahagia selamanya.

Toh kita memang tidak bisa mengupayakan apa-apa lagi.

Kebencian di antara kita jauh lebih besar daripada akal sehat.

Hingga kita lupa kalau berjalan sendirian hanya jadi bahan tertawaan.

Sekarang aku menyetujui omongan salah satu di antara kalian dulu.

Bahwa sebaiknya kita tidak pernah bertemu bila akhirnya harus begini.

Jikalau boleh dipinta aku ingin jadi penjahat yang bahagia di kehidupan berikutnya.

Maaf atas segala kesalahanku, maaf atas segala kerinduanku.

Maaf atas hati yang tidak pernah ikhlas melepas kebersamaan.

No comments