Filosofi Mati Lampu


Apa yang biasanya kita lakukan ketika listrik mendadak mati?
Mati lampu memang terjadi secara tiba-tiba. Bikin panik. Terutama bagi orang-orang yang phobia terhadap kegelapan. Kehilangan cahaya bagai membuat dunia berhenti berputar. Apalagi karena wifi rumah juga ikutan mati. Uh, sungguh menohok sanubari.
Sebenarnya banyak hal yang bisa kita pelajari dari kejadian mati lampu. Kalau saja kita sedikit lebih peka. Mati lampu bukan sekadar urusan gelap-gelapan di rumah saja.

Ekspresi Heboh Saat Mati Lampu

Biasanya seisi rumah akan menunjukkan ekspresi heboh ketika mati lampu. Ada yang berteriak, jatuh tersungkur di lantai, atau guling-guling karena terkejut. Oke, faktanya sih memang gak berlebihan seperti dua pernyataan terakhir. Tapi, biasanya memang ada saja yang berteriak.

“Aaaah…”
“Gggrrr.”
“Yaaah, kok mati lampu sih.”
“Duh, kerjaan gue belom di-save nih.”

Wahai khalayak ramai, masih banyak kejadian yang lebih mengejutkan dalam hidup ini ketimbang mati lampu. Segala hal bisa terjadi di luar ekspektasi atau rencana kita. Bisa saja kucing peliharaan kesayangan yang sehat walafiat tiba-tiba tewas terlindas mobil. Atau barangkali laptop yang rusak mendadak padahal lagi dipakai untuk aktivitas penting. Belajarlah untuk stay cool menghadapi hal-hal sepele, termasuk mati lampu. Teriak-teriak waktu listrik mati gak akan bikin listriknya kaget terus tiba-tiba nyala lagi.

Baru Tergugah Melihat Dunia Luar

“Coba deh ke depan liat rumah tetangga, mati lampu sebagian atau satu gang?”
“Telepon Mas Rey gih. Tanyain, kompleks sebelah mati lampu juga gak?”
Kalau udah mati lampu, baru deh peduli sama dunia luar. Baru nyuruh-nyuruh anggota keluarga lain untuk melihat ke luar rumah atau nyari kabar soal mati lampu. Inisiatif kayak gitu gak bakal terjadi bila listrik gak mati. Semua orang di rumah pasti asyik dengan urusannya masing-masing. Ada yang ngurusin kerjaan, nonton TV, main game, atau browsing-browsing manja.
Mati lampu selama lebih dari setengah jam juga sering bikin bapak-bapak atau ibu-ibu kegerahan. Akhirnya mulai deh pergi ke luar rumah. Cari angin sambil ngobrol-ngobrol sama tetangga. Ngobrol ngalor ngidul memang semakin langka. Karena semua orang kerap sibuk dengan urusan pribadinya.

Mulai Mencari-cari Sumber Cahaya

Cahaya selalu meliputi kita sekalipun langit mulai gelap di malam hari. Namun kita baru benar-benar bergegas mencarinya saat mati lampu. Mulai sibuk cari-cari lilin, senter, lampu darurat, flash HP atau apa pun yang bisa menyala. Saat cahaya itu ada, mungkin kita kurang menghargainya. Kita menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Barulah setelah cahaya itu hilang, kita mulai gelisah dan mencarinya ke mana-mana.
Coba perhatikan dulu lilin yang kita nyalakan sewaktu mati lampu. Apinya ternyata tidak punya bayangan ketika kita mengarahkannya ke dinding. Sama seperti orang-orang yang mengasihi kita dengan tulus. Tanpa pamrih. Seperti api yang tidak punya bayangan. Terangnya tak pernah lelah menemani meskipun bayangannya tak pernah bisa diabadikan. 
Seandainya orang-orang yang menyayangimu baru jadi tempat mengadu saat hatimu resah, mungkin momen-momen itu membuat mereka lebih bahagia. Karena resah itu membuatmu ingin bercakap-cakap sepanjang malam. Karena resah itu membuat mereka bisa bersamamu lebih lama dan lebih dekat dari biasanya. Sama seperti lilin dan api yang gembira dan merasa bermanfaat saat mati lampu.





No comments