1. I loved you.
2. Married wrong person.
3. You are replaceable.
4. I’m never enough.
5. Nothing is permanent.
1. I loved you.
2. Married wrong person.
3. You are replaceable.
4. I’m never enough.
5. Nothing is permanent.
Pernah nggak sih, ketemu seseorang terakhir kalinya, tapi kalian nggak tahu itu pertemuan terakhir?
Itulah yang disebut “The Last Meeting Theory”.
Bedanya sama ghosting? Ya beda banget.
Secara sederhana, the last meeting theory bisa didefinisikan sebagai perjumpaan akhir kita dengan seseorang karena tujuan atau maksud pertemuan ternyata sudah tercapai seutuhnya. Hal tersebut membuat semesta mengatur pertemuan terakhir antara kita dan orang itu tanpa disadari.
Ini bukan teori ilmiah, tapi istilah emosional.
Kita sering nggak sadar:
Obrolan terakhir.
Pelukan terakhir.
Tiram tidak dilahirkan untuk menghasilkan mutiara.
Itu bukan misi hidupnya.
Itu bukan tujuan asalnya.
Mutiara hanya wujud apabila tiram terganggu,
terganggu apabila benda asing seperti pasir, serpihan, atau parasit
masuk ke dalam tubuhnya secara senyap.
Saya sedang naik pitam saat membuat tulisan ini. Jadi ceritanya sehari lalu Ibu saya ikut kelas poundfit yang diadakan di salah satu mal. Meskipun masih di area Tangerang, lokasinya agak jauh dari rumah. Namun, soal olahraga tentu saya tak akan melarang karena kegiatan itu jelas baik untuk kesehatan.
Ibu saya mendapatkan info acara tersebut dari salah seorang teman poundfit satu sanggar yang juga pelanggan usahanya, selanjutnya kita sebut saja Tika. Mereka rencananya naik taksi online dan saya diminta ikut, tapi saya tolak. Hari libur usaha yang seminggu sekali itu buat saya adalah self healing karena tak perlu bermanis-manis dengan pelanggan. Jadi, tentu saja saya nggak mau ikut karena ingin mengisi hari libur dengan kegiatan yang menurut saya menyenangkan.
Selalu ada beda antara hati-hati dan ragu-ragu.
Hati-hati adalah keberanian melangkah dengan menyadari bahaya.
Sedangkan ragu-ragu adalah pada dasarnya kita tak memiliki keberanian untuk melangkah.
Setelah kebohongan pertama,
maka semua fakta adalah keraguan.
Setajam apa pun logika memotong keraguan,
perasaan selalu punya cara untuk menjahitnya kembali.