Etika Mengambil Rapot Anak yang Baik dan Benar


Berapa banyak generasi milenial yang sudah memasuki fase “Ow yeah hari ini gue mesti ngambil rapor anak dulu…”?
Mungkin Anda yang sedang membaca artikel ini adalah salah satu di antaranya. Atau barangkali beberapa tahun lagi baru merasakannya karena sekarang anak Anda masih bayi. Atau mungkin juga Anda malah belum menikah, pacar aja belum punya. Ups.
Anyway, bahasa yang benar itu memang rapor, bukan rapot. Silakan cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kalau gak percaya. Jadi, saya nulis judulnya pakai kata “rapot” supaya gampang diakses oleh netizen tanah air yang sejatinya hanya paham kata “rapot”.

Hari itu saya duduk manis di suatu kelas enam SD tetapi bukan untuk ambil rapor. Berdasarkan pengalaman selama beberapa jam tersebut, akhirnya saya terinspirasi menulis artikel ini. Mudah-mudahan ini bermanfaat. Atau setidaknya gak bikin Anda kelihatan udik saat ke sekolah untuk mengambil rapor.

Berpakaian yang Sopan dan Rapi 

Anda gak harus menggenakan kebaya, gaun, dress, atau kemeja lengan panjang untuk mengambil rapor. Gunakan saja pakaian yang simpel dan nyaman, misalnya kemeja lengan pendek, blouse, atau polo shirt. Yes, bapak-bapak, ibu-ibu, cicik-cicik, atau koko-koko bisa memilih variasi pakaian tersebut. Sebaiknya Anda juga menggunakan rok atau celana yang ukurannya tidak lebih tinggi dari lutut Anda. Penampilan sopan dan rapi bukan cuma menunjukkan bahwa Anda menghargai guru anak Anda, melainkan juga menghargai diri sendiri.
Saya masih inget banget dulu ada orang tua teman saya yang pakai tanktop pink, celana ketat, dan topi gold waktu ambil rapor. Pas ngeliat, mau ketawa dosa, gak ketawa tapi gak bisa ditahan. Mungkin dia habis latihan senam atau justru belum berangkat latihan senam karena harus ambil rapor. Apa pun pilihan pakaian Anda, pastikan bahwa pakaian tersebut sopan, rapi, dan bebas bau.

Gak Perlu Pakai Parfum Berlebihan

Pakai parfum untuk momen-momen penting itu memang perlu. Namun, bukan berarti Anda boleh pakai parfum berlebihan bila ingin ambil rapor. Pakailah seperlunya. Jangan bikin ibu bapak guru jadi pusing dan lupa mau ngomong apa hanya karena aroma parfum berlebihan. Asalkan gak bau badan dan berkeringat, itu sudah lebih dari cukup.

Ajak Anaknya Supaya Puas Marah-Marah

Sebenernya sih ngajak anak untuk ikut ambil rapor bukan untuk dimarah-marahi. Ya pokoknya supaya match aja antara hal-hal yang disampaikan guru dengan pembelaan dari anak. Misalnya, Anda bisa langsung menasihati anak jika gurunya mengatakan bahwa anak Anda cenderung malas dan suka ngobrol di kelas. Harusnya sih anak-anak punya beban moral tersendiri ya kalo orang tua dan gurunya udah saling berhadapan langsung. Ya waktu saya masih bocah sih begitu. Malunya bukan main waktu diomelin orang tua dan guru secara bersamaan. I don’t know about you, generation Z and further else.

Gak Usah Ajak Anggota Keluarga Lain yang Gak Penting

Ketika ambil rapor, usahakan untuk tidak mengajak anggota keluarga lain yang gak ada hubungannya dengan rapor. Misalnya, mengajak anak bungsu yang rewel, berisik, dan nakal setengah mati. Jangan sampai kehadiran anggota keluarga Anda malah mengganggu kelancaran proses pembagian rapor. Apalagi kalau si bungsu sampai getok-getok meja, lari-lari di dalam kelas, nungging-nungging di meja guru. Oh, shit. Big no!

Jangan Menyelak Antrean Sembarangan

Semua orang tua yang sedang mengantre ambil rapor pasti ingin cepat selesai. Jadi, jangan coba-coba menyelak antrean sembarangan. Perhatikan antrean dengan seksama ketika Anda sampai di kelas. Orang tua yang sudah ada di kelas lebih dahulu harus mengambil rapor duluan sebelum giliran Anda. Jangan pakai alasan-alasan bodoh untuk menyelak antrean.
“Maaf ya, saya duluan ambil rapornya. Ada keperluan lain lagi nih, saya lagi sibuk.”
Ya terus menurut ngana emangnya orang-orang lain itu ambil rapor anak karena sekadar hobi?

Gak Usah Janjian Ambil Rapor Bareng Squad

Zaman sekarang biasanya emak-emak punya squad tersendiri untuk menunjukkan eksistensi di sekolah anak. Mungkin ada juga deh yang janjian datang di jam tertentu, pakai dress code tertentu, supaya bisa ketemu haha hihi cekikikan manja. Please-lah, Bu. Janjian sama squad Anda untuk ambil rapor gak akan bikin Anda kelihatan lebih keren. Apalagi sampai janjian pakai baju samaan. Kalian ini anak panti yang lagi diajak rekreasi atau orang dewasa yang sedang ngambil rapor anak?
Kalau mau eksis, nongkrong di kafe-kafe aja sana gih. *guyur air seember.

Jangan Ngobrol Terlalu Lama dengan Guru

Orang tua yang sering ngobrol lama-lama sama guru sewaktu ambil rapor pasti peduli banget sama perkembangan anaknya. Namun, bukan berarti hal tersebut boleh Anda lakukan sepuasnya. Ingat ya, masih ada orang tua lain yang juga ingin ambil rapor di hari yang sama. Jangan membuang-buang waktu sang guru dengan mengajaknya ngobrol lama-lama sampai orang tua lainnya harus ngantre lama dan mulai ngedumel. Durasi sepuluh menit itu sudah lebih dari cukup untuk membicarakan tentang pendidikan anak Anda. Kalau masih belum puas, mungkin Anda bisa membuat janji bertemu dengan guru di lain kesempatan.

Haruskah Memberikan Buah Tangan untuk Sang Guru?

Buah tangan untuk guru itu sebenarnya opsional. Bahkan, ada sekolah yang melarang keras gurunya untuk menerima pemberian dari orang tua murid. Maksud larangannya tentu baik. Agar guru tetap profesional dan tidak membedakan murid berdasarkan nilai hadiah yang diberikan. Tetapi, Anda bebas memberikan buah tangan untuk sang guru selama tak ada peraturan sekola tentang hal tersebut.
Oh, iya, ada beberapa hal yang mesti Anda ingat tentang buah tangan. Sebaiknya Anda tidak memberikan buah tangan yang ukurannya terlalu besar. Karena hal tersebut membuat guru jadi kesulitan dan canggung ketika akan membawanya pulang. Gak usahlah dibungkus kertas kado segala, ngana kan bukannya datang ke pesta ulang tahun bocah. Gunakan kertas kopi (sampul cokelat yang meteran) atau paper bag untuk mengemasnya. Maka sang guru tak akan ribet setelah jam ambil rapor selesai.
Anda juga tidak disarankan untuk memberikan buah tangan berupa bahan makanan seperti sesisir pisang (seriously I found it when I’m in that class), beras, pete, kelapa, singkong beserta batangnya, atau apa pun yang bikin ribet. Cobalah pilih buah tangan yang elegan sedikit. Buah tangan yang sekiranya pasti bermanfaat, elegan, dan tidak terlalu murah. Kalau ngerasa keberatan ngasih buah tangan mahal, ya gak usah ngasih. Gitu aja kok repot.

Kira-kira begitu deh ya etika ambil rapor anak yang baik dan benar. Nanti, jangan lupa bersalaman dengan guru dan mengucapkan terima kasih saat sudah selesai mengambil rapor. Anda gak harus jadi bapak-bapak atau ibu-ibu dulu untuk memahami etika ambil rapor. Karena sesungguhnya hal tersebut adalah aturan tak tertulis yang berkaitan erat dengan norma kesopanan. #Hazeeek 






No comments