Kematian Juga Mengajarkan Banyak Hal Selain Penyesalan


Apa yang paling menyakitkan dari sebuah kematian?

Tak peduli seberapa besar rindu kita terhadap mereka yang sudah meninggal, mereka tak akan kembali lagi.
Kalau orang yang kita sayangi pergi jauh ke seberang benua, masih ada kesempatan untuk minta maaf kepadanya di lain waktu. Bahkan kita juga masih bisa menyusul, mengikutinya, demi mengungkapkan hal-hal yang belum sempat kita ucapkan.
Namun tidak demikian halnya dengan orang yang sudah mati. Kata maaf dan terima kasih kita tak ada artinya. Rasa rindu pun tak bisa tuntas karena kita tak punya kesempatan menemuinya lagi. Hanya ada satu cara untuk bertemu dengan mereka, yaitu memeluknya lewat doa-doa yang kita daraskan.

Ciuman lebih banyak ditemukan di bandara daripada di pesta pernikahan.

Lantunan doa lebih banyak ditemukan di rumah sakit daripada di gereja.

Mengapa?
Tentu saja karena maut begitu menakutkan. Tak ada satu pun yang siap ditinggalkan. Tak ada yang sanggup melihat orang yang dicintai pergi meregang nyawa dalam kecelakaan pesawat atau dalam keadaan sakit parah. Ciuman-ciuman di bandara dapat menjadi kecupan terakhir dalam kehidupan seseorang. Tidak seperti ciuman bahagia di pesta pernikahan yang mengawali perjalanan hidup baru.


Lantunan doa di rumah sakit senantiasa dipenuhi harapan. Sebuah harapan agar mereka yang kita doakan segera dianugerahi kesembuhan. Mereka yang berada di rumah sakit tak selalu berdoa dengan cara bersimpuh dan menengadahkan tangan ke hadapan Sang Pencipta. Sering kali mereka berdoa dalam diamnya dan letihnya. Berharap maut tak terlalu cepat menjemput orang-orang terkasih yang sedang sakit parah. Lain halnya dengan doa-doa di gereja yang lebih universal. Doa-doa di gereja biasanya disampaikan sebagai ucapan syukur dan harapan-harapan baik bagi kehidupan.

Mengapa orang yang sudah meninggal biasanya mendapat lebih banyak bunga dibandingkan orang yang masih hidup?

Karena penyesalan selalu lebih besar daripada rasa syukur.
Kita kerap lalai mensyukuri anugerah besar berupa orang-orang yang kita sayangi. Justru kita sering mengeluh dan merasa direpotkan oleh mereka. Padahal segala nasihat, kemarahan, atau argumen mereka tentu bertujuan untuk kebaikan diri kita sendiri.
Setelah waktu mereka habis, barulah kita menyadari segala kekeliruan kita. Menyadari kalau kita belum bersyukur hingga akhirnya mereka yang kita sayangi telanjur pergi dari sisi kita. Rasa syukur sudah kehilangan fungsinya dan tergantikan oleh rasa penyesalan. Taburan bunga-bunga itu bukan hanya penghormatan terakhir, melainkan juga wujud rasa penyesalan dari lubuk hati terdalam.
Sekalipun kita pindahkan seisi pasar bunga ke atas pusaranya, dia tak akan tahu. Dia tak akan mengatakan apa pun. Jadi, syukuri kehadirannya. Katakan kepadanya bahwa kita sangat menyayanginya. Sebelum kata-kata itu tak berarti lagi karena maut sudah menunjukkan batang hidungnya.

Kejahatan apa yang paling kejam bagi orang yang sudah meninggal?

Bukan mutilasi. Bukan meletakkan jasadnya di karung lalu menghanyutkannya di sungai.  
Kejahatan paling kejam itu adalah terus-terusan mengingat kesalahannya, tak mengenang kebaikan-kebaikannya semasa hidup, dan tak mampu mengampuninya.
Mereka yang sudah pergi rupanya sangat membutuhkan kerelaan hati kita. Agar tidur panjangnya tenang dan kekal dalam keabadian. Agar dia tahu bahwa kebaikan-kebaikannya menjadi kenangan manis yang mengalahkan dosanya semasa hidup.

Hal apa yang paling dibenci seorang anak berbakti dari orang tuanya?

Hal yang paling dibenci adalah saat orang tua membicarakan tentang kematiannya sendiri. Semua yang bernyawa pasti mati, orang bodoh pun tahu itu. Tak ada orang yang siap ditinggalkan oleh orang yang dikasihinya. Seorang anak berbakti pun tak pernah merasa baktinya sudah cukup untuk mendampingi kehidupan sang orang tua. Karena tak pernah ada kata “terlalu berbakti” dalam kehidupan seorang anak yang benar-benar mengasihi orang tuanya.
Kematian itu tak perlu diucapkan. Tak usah terus-terusan dibicarakan untuk membuat orang lain jadi aware. Mereka yang benar-benar peduli akan mengusahakan hal-hal terbaik selagi orang tua yang dikasihinya masih hidup. Kebahagiaan orang tua adalah salah satu pencapaian terbesar bagi anak saleh.

Di dunia ini tak ada aturan “siapa yang datang duluan, pasti akan dipanggil pulang duluan”. Maut dapat menjemput secepat kedipan mata. Secepat hembusan angin yang pergi sebelum kita mengetahui arah kedatangannya.
Jika aku pergi lebih dulu, jangan lupakan aku. Mohon ingatlah semua celoteh dan nasihat yang pernah aku tuturkan kepadamu. Aku pasti pernah membuatmu sebal dengan segala ocehanku. Namun semua itu harus kukatakan kepadamu agar kamu selalu bersemangat dan melakukan yang terbaik. Jangan berhenti di tengah jalan. Jangan biarkan mereka yang jahat berhasil mematahkan cita-citamu.

Ingatlah semua perkataanku. Dan jangan lupa dengan aroma parfumku setiap kali aku melangkah masuk ke ruanganmu. Semoga aroma parfum itu juga membawa ingatanmu pada semua kenangan-kenangan kita. Karena sebaik-baiknya manusia, ia hanya akan menyisakan memori ketika pergi meninggalkan dunia.
Aku sih inginnya tak pergi duluan. Supaya aku punya lebih banyak waktu untuk menjagamu. Namun kita tentu paham bahwa maut tak dapat diajak kompromi. Tak ada yang tahu kapan ia akan menghampiri salah satu di antara kita.






No comments