Hati Manusia Itu Ibarat Seporsi Puyunghai


Sebelum baca artikel kali ini, yuk play dulu musik intrumental berikut ini. Bukannya apa-apa sih. Supaya bacanya rileks aja. Toh saya juga sudah capek selama satu minggu terakhir. Inginnya menulis santai untuk bahan refleksi diri. Sekaligus menyalurkan hobi setelah berhari-hari sibuk menulis untuk urusan pekerjaan.
Saya itu penggemar telur dadar. Telur dadar tanpa tambahan tepung. Terkutuklah orang-orang yang menambahkan tepung sampai rasa telur dadar gak ada bedanya sama bakwan. Saking cintanya sama telur dadar, saya bisa menilai kandungan tepung dalam telur dadar hanya dengan melihat tampilannya saja. Pokoknya saya gak akan beli telur dadar kalau udah keliatan ada campuran tepung di dalamnya.

Tentang Puyunghai yang Agak Mirip Telur Dadar

Puyunghai memang bukan telur dadar. Karena jelas kalau puyunghai mengandung tepung terigu. Namun, campuran puyunghai yang lebih kompleks membuat saya cukup menyukainya. Asalkan tepung terigunya tidak berlebihan dan membuatnya malah lebih mirip bakwan.
Menurut saya, puyunghai paling sempurna itu terbuat dari campuran telur, tepung terigu, irisan batang sawi putih, kepiting, udang, dan irisan bakso ikan. Jumlah telurnya harus lebih banyak dari tepung terigu. Supaya tekstur puyunghainya jadi agak padat tetapi masih berserat seperti telur dadar.
Saus asam manis untuk campuran puyunghai juga harus terdiri dari konsistensi yang pas. Tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair. Lengkap dengan isian berupa kacang polong dan potongan nanas segar.
Mau makan puyunghai aja bawel bener lu, Mel.

Puyunghai Terenak yang Pernah Saya Makan

Seumur hidup ini, sampai saya setua ini, menurut saya baru ada dua restoran yang punya menu puyunghai nyaris sempurna. Restoran pertama ada di sekitar tempat tinggal saya. Restoran chinese food dengan beragam menu andalan. Puyunghainya sangat lezat dan tidak keras kayak bala-bala. Meskipun tidak mengandung daging kepiting, cita rasanya membuat saya cukup puas dan selalu tergugah untuk membeli lagi.
Restoran kedua adalah bakmie AA yang dulu pernah ada di foodcourt Supermal Karawaci. Puyunghainya tidak terlalu besar karena disajikan lengkap dengan satu porsi nasi hangat. Tetapi, tekstur dan kelezatan puyunghainya boleh dibilang hampir sempurna. Lembut, wangi telur, dan disajikan dalam keadaan hangat. Sayangnya, sekarang bakmie AA sudah tidak buka cabang di Supermal Karawaci. Padahal, menu nasi puyunghai itu selalu ngangenin.

Apa Hubungannya dengan Hati Manusia?

Ya jelas ada hubungannya (menurut saya sih ya). Kita semua sudah tahu standar hati yang baik itu seperti apa. Hati yang baik itu didefinisikan dengan beragam sifat mulia, misalnya:

  • Mau mendengarkan keluh kesah orang lain.
  • Sabar dan bijaksana.
  • Ikhlas.
  • Mau menerima saran dan kritik.
  • Rela berbagi dan dermawan.
  • Tidak egois.
  • Mengasihi sesama, dan lainnya.

Tapi intinya tetap saja tidak semua orang bisa memiliki hati yang baik. Sekeras apa pun usaha kita, rasanya kita tetap menjadi manusia yang punya banyak kekurangan.
Sama gitu deh sama puyunghai. Kita tahu kalau standar puyunghai yang enak itu yang banyak isian dagingnya, tepung terigunya gak berlebihan, digoreng sampai kuning keemasan, dan rasa sausnya pun harus pas.

Tapi kan tidak semua orang bisa membuat puyunghai yang enak. Bahkan, banyak kok restoran populer yang menu puyunghainya gak lebih enak daripada bakwan di tukang nasi uduk. Puyunghai itu merupakan salah satu chinese food yang proses pembuatannya tricky banget, susah-susah gampang.
Lantas bagaimana kalau disuguhi puyunghai yang gak enak? Yang keras dan penuh tepung terigu? Bahkan yang gak ada rasanya?

Saya sih akan tetap memakannya. Kalau puyunghai itu disuguhkan oleh orang tua atau orang-orang terdekat saya, memakan sampai habis menunjukkan kalau saya menghargai jerih payahnya. Namun kalau saya yang membeli puyunghai itu di restoran, saya juga akan tetap memakannya sampai habis. Sebab saya tidak ingin membuang dua hal, buang uang karena beli puyunghai gak enak dan buang makanan yang sebenarnya masih layak makan. Makanan yang tidak basi dan rasanya masih bisa dimaklumi (tidak terlalu asin, terlalu pedas, atau terlalu asam) sudah sepatutnya disantap sampai habis.
Demikian pula halnya dengan hati manusia. Dalam hidup ini, kita tidak selalu bertemu orang baik. Meskipun semua orang tahu standar menjadi baik itu seperti apa, tentu tidak semua berusaha mencapai standar tersebut. Ketika bertemu dengan orang-orang yang karakternya berseberangan dengan kita, berusahalah untuk menerimanya. Menerima kekurangan-kekurangannya dan hatinya yang kurang baik. 
Jika kita berhasil melakukannya, berarti kita sendiri sudah berusaha naik kelas demi memiliki hati yang lebih baik.
Bersabar itu butuh banyak tenaga. Jadi, kamu jangan lupa makan teratur, ya.
Bersabar dan makan itu prinsipnya sama kok. Sama-sama harus didahului dengan doa agar menjadi berkat.





No comments