Manusia memang makhluk sosial. Banyak hal yang bisa
dilakukan bersama orang-orang terdekat. Namun kenyataannya sekarang banyak
orang memilih menjadi individualis. Termasuk untuk urusan curhat ke orang lain.
Curhat sering kali bisa membuat kita lebih lega. Dengan catatan,
kita beruntung memiliki keluarga, sahabat, atau orang terdekat yang enak diajak
curhat. Tapi kalau tidak berhasil menemukan orang yang tepat untuk menampung
curhat, ya udah. Simpan saja ceritanya sendiri. Biasanya orang cenderung malas
curhat ke orang lain karena tujuh hal ini:
Dapet Respon yang Kurang Menyenangkan
Coba pikirkan hal ini baik-baik. Gimana rasanya ketika
kita ingin mulai curhat tetapi cuma dapat respon
“Oooh”“Oh gitu.”“Iya.”
Rasanya pasti agak jengkel dan gimanaaa gitu. Kalau dapat
jawaban seperti itu, kemungkinan besar kita akan mengurungkan niat curhat. Daripada
dapat respon yang terkesan dingin dan tidak menyenangkan, jauh lebih baik jika
kita menyimpan keluh kesah untuk diri sendiri.
Yang Dengerin Curhat Malah Sedih Karena Curhatan Kita
Kita pasti gak mau orang-orang yang kita sayangi merasa
sedih atau jadi kepikiran banget setelah kita curhat. Kita mana tega membuat
orang yang kita sayangi jadi bersusah hati. Inilah yang akhirnya membuat banyak
orang memutuskan untuk menyembunyikan kegelisahannya sendiri. Supaya
orang-orang yang disayanginya tidak ikut gelisah. Lebih baik kita sendiri yang
sedih daripada kita harus melihat orang-orang yang kita sayangi bersedih.
Teman Kita Sudah Lebih Dulu Sibuk Curhat tentang Dirinya
Pernah gak sih dicurhatin panjang lebar bertepatan saat
kita baru mau mulai curhat?
Memang ada sih tipe teman kayak gini. Tipe teman yang “apa
aja bakal diceritain ke kita”. Karena kita memang sudah terbiasa menjadi
pendengar setianya. Padahal dia bukan penyiar radio yang bisa komunikasi satu
arah. Kita juga bukan pendengar radio yang cuma pengen ngedengerin aja.
Kadang-kadang kita juga ingin didengerin, ingin dimengerti. Sayangnya, mungkin
kita sudah terlalu familiar menjadi pendengar bagi orang lain. Sampai akhirnya
orang lain lupa kalau kita juga butuh pendengar.
Teman Kita Tipe Pelupa yang Gak Pernah Inget Curhatan Kita
“Elo lagi ngapain?”“Gue lagi ngerjain proyek buat website tentang kerjaan.”“Oh, JobDB apa JobStreet? Liatin lowongan kece buat gue bisa kale.”
Sebenarnya kita sudah berulang kali cerita kalau kita gak
kerja buat JobDB atau JobStreet. Tapi nyatanya teman kita itu emang daya
ingatnya gak lebih baik daripada ikan mas. Kitanya jadi capek sendiri kalau
harus ngulang-ngulang topik pembicaraan yang sama. Rasa capek dan kapok ini
yang bikin kita jadi malas curhat. Ingin kuberkata kasar, tapi tak boleh.
Atau mungkin kitanya aja kali ya yang daya ingatnya
terlalu kuat. Makanya kita bisa lumayan ingat dengan curhatan-curhatan orang
terdekat kita. Ketika kita ingin mendapatkan apresiasi yang sama untuk sekadar
diingat, kita belum tentu bisa mendapatkannya dari orang lain.
Teman Kita Kepo Banyak Nanya dan Sering Bikin Persepsi Sendiri
Spesies teman kampret yang satu ini juga sukses bikin kita
jadi malas curhat. Inget ya, orang curhat itu cuma butuh pendengar setia. Gak
butuh pertanyaan-pertanyaan kepo dan persepsi gak jelas yang ujung-ujungnya
bikin naik darah. Menjadi pendengar yang baik dan menanggapi secara hangat itu
udah lebih dari cukup. Kalaupun mau nanya, ya tanya yang wajar. Jangan nanyain
hal-hal gak penting yang cuma bikin kesel.
“Seriusan bokap lo punya pacar baru?”“Kok bisa sih? Perasaan bokap lo orangnya baik banget deh, setia gitu sama nyokap.”“Ah mungkin nyokap lo aja kali yang kurang perhatian sama bokap.”“Elo udah kenal sama pacar bokap lo? Menurut elo orangnya gimana?”
Teman yang modelnya begini enaknya dikarungin terus dicemplungin
ke kali.
Super Late Reply that Ruin Your Mood
Pernah gak sih nge-chat
teman dari pagi karena mau curhat tapi dibalesnya malah tengah malam atau
besok pagi?
It’s super
late reply that ruin your mood.
Kita sih emang gak nuntut chat kita langsung dibales dalam waktu satu menit, ya. Tapi kalau gak bales chat
selama lebih dari 5 jam (kecuali tengah malam) itu rasanya mustahil banget.
Barangkali kita jadi mikir kalau teman kita emang gak mau dengerin curhat kita.
Pas chat kita dibales tengah malam
atau keesokan harinya, mood untuk curhat udah
berkurang drastis atau malah hilang sama sekali.
Orang-Orang Mikirnya Kita Selalu OK
Ada
sih tipe orang yang selalu keliatan baik-baik aja, gak pernah mengeluh, dan
keliatan bahagia dengan hidupnya. Orang-orang yang selalu OK ini nyaris gak
pernah curhat ke orang lain tentang masalah yang dialaminya. Biasanya tipe
orang ini hampir selalu jadi pendengar bagi orang-orang di sekelilingnya.
Sekalinya curhat, orang ini malah bikin orang-orang terdekat jadi
bertanya-tanya, sedih, heran, atau kepo.
Superhero aja
bisa galau. Apalagi kalau cuma manusia biasa yang dianggap selalu OK oleh orang
lain. Orang yang kelihatannya OK terus sebenarnya hanya gak mau repot-repot
ngejelasin kegelisahannya. Karena sering kali menjelaskan hal kayak gitu lebih susah
daripada pura-pura gak ada apa-apa. Ada momen-momen yang bikin orang tersebut
mau duduk sendirian sambil menangis tanpa diketahui orang lain. Terkadang orang
itu juga butuh pelukan hangat tanpa interupsi apa pun. Pura-pura bahagia itu
cukup melelahkan dan butuh banyak tenaga.
Setiap
orang pasti punya cara masing-masing untuk menghibur diri sendiri. Meskipun
tidak dengan cara curhat kepada orang lain. Mungkin kita pernah merasa aneh
melihat orang yang tertawa terbahak-bahak atau menangis karena hal sepele.
Namun kita tak boleh meremehkan hal tersebut. Siapa tahu itu adalah cara
tersembunyi yang dilakukan untuk meringankan kegelisahan hati. Sebab setiap
orang pasti menyimpan cerita yang tidak diketahui siapa pun.
No comments