Seni untuk Menjauh


Seni untuk Menjauh

Puncak amarah itu bukan teriakan, bukan makian.

Puncak amarah adalah diam. Jauh. Dingin.

 

Orang yang membentak, masih peduli.

Orang yang berdebat, masih pengen diperhatiin.

Orang yang marah, masih mau mengubah.

 

Tapi ketika mereka diam dan menjauh tanpa alasan.

Itu bukan tenang, itu putus asa.

Kamu tak kehilangan mereka dalam satu malam.


Semua terjadi secara perlahan:

setiap kali kamu mengabaikan,

setiap kali kamu meremehkan,

setiap kali kamu pikir mereka akan tetap sabar meski terus disakiti.

 

Dan ketika mereka memilih untuk pergi,

kamu akan menyalahkan mereka dan berkata, “Kenapa berubah tiba-tiba?”

Padahal itu bukan tiba-tiba.

Itu hasil dari ratusan luka yang tak pernah kamu sadari.

 

Diam bukan tanda kebodohan.

Diam adalah cara tubuh bertahan saat suara tak lagi berguna.

Saat bicara hanya mengulang luka yang sama.

Saat hati sudah lelah menyampaikan tapi tak pernah didengar.

 

Mereka hanya ingin kedamaian.

Dan jika damai hanya bisa dicapai dengan menjauh,

mereka akan memilih itu.

 

Sumber: Akun Instagram Rifky Pramana @otakkeduaa

No comments