20 Quotes tentang Pisau

20 Quotes tentang Pisau

Tidak perlu pisau untuk membunuh cinta.

Yang kamu butuhkan hanyalah ucapan perpisahan.

 

Luka oleh pisau bisa diobati.

Tapi luka yang diakibatkan oleh lisan atau ucapan

yang sampai menggores hati seseorang

tidak akan bisa diobati oleh ucapan lagi.

Walau dengan kata maaf memang dia memaafkan dengan lisan

tapi tidak dengan hatinya.

 

Tak ingin kuulang kedua kali.

Berbicara dengan pisau belati,

daripada berbicara sekali dibalas dengan nada tinggi.

Lebih baik diam, mencegah sakit hati.

 

Setajam-tajamnya pisau

masih lebih tajam lagi omongan manusia yang ngerasa dirinya paling sempurna.

 

Hati-hati…

pisau yang sudah berkarat

lebih mematikan daripada pisau yang baru.

Tapi ini bukan tentang pisau.

 

Pisau yang tertancap di belakang tubuhmu tidak akan membunuhmu,

tetapi yang membuatmu terbunuh adalah

ketika kamu berbalik arah dan melihat siapa yang memegang pisau tersebut.

 

Dia yang menusukkan pisau kepadamu,

tapi kamu yang meminta maaf karena darahmu mengenai kakinya.

Terkesan tidak adil, tapi inilah hidup.

 

Sebilah pisau tak mampu membelah batu.

Diasah bagaimana tajamnya pun tak akan bisa kau gunakan untuk membelah batu.

Cobalah kau cari kapak jika ingin membelah batu.

Begitu pula halnya dengan bakat.

Apa yang sudah menjadi kemampuanmu, itulah bakatmu.

Asahlah, lalu kau aplikasikan pada tempatnya.

 

Ketajaman pisau dapat menembus sebuah benda.

Namun, hal tersebut tak akan terjadi

jika benda itu lebih keras daripada ketajaman pisau tersebut.

 

Waktu bagaikan pisau.

Digunakan baik kita bisa untung.

Digunakan tidak baik kita bisa buntung.

 

Engkau akan kesulitan membawa warnaku

karena engkau selalu memotongku dengan pisau perspektifmu.

 

Aku sama sekali tidak membencimu, kawan.

Tapi seandainya kau dikejar pembunuh,

demi Tuhan aku akan memberikan pisauku pada pembunuh itu.

 

Terkadang kita berhasil melindungi dada kita dari tusukan orang asing,

tetapi punggung kita penuh dengan pisau dari orang-orang yang kita cintai.

 

Aku kembalikan pisaumu.

Aku mengambilnya dari hatiku.

Aku yakin kamu akan membutuhkan pisau ini lagi dalam waktu dekat.

 

Hukum alam biasanya memang adil.

Siapa yang melukai akan tergores oleh pisaunya sendiri.

 

Sengaja ia memelukmu dengan erat

agar pisaunya tertancap lebih dalam.

 

Pisau berbahan anganmu terlalu tajam dan kuat, tuan.

Sehingga apa yang ada pada diriku kau cincang tak bersisa.

Tersisalah aku dan harapan: semoga kau tersadar.

 

Aku lebih memilih sakit ditusuk pisau langsung mati,

Daripada sakit dengan omongan orang membekas sampai kapan pun.

 

Pisau tersakiti karena karatnya sendiri.

Lantas bagaimana kamu tersakiti oleh pikiranmu sendiri?

 

Aku diam sambil memperhatikan bermacam-macam karakter manusia

hingga pada akhirnya menemukan definisi

“yang dekat adalah pisau”.

 

No comments