Sering kali kita mengkambinghitamkan orang lain atau sesuatu di luar diri kita.

Padahal yang bermasalah adalah diri kita sendiri.

Begitu pula kadang kita mencari solusi di luar diri.

Padahal solusi itu sebenarnya ada dalam diri.

 

Tugasmu dari Tuhan itu jadi baik,

bukan terlihat baik di mata manusia.

 

Ibadah termulia adalah

memasukkan kebahagiaan pada hati orang lain.

 

Pembenci memikirkan yang dibenci.

Maka hidupnya selalu suram.

Pencinta memikirkan yang dicinta.

Maka hidupnya selalu cerah.

 

Yang perlu kau dengar hanya dua jenis orang,

yakni yang mencintaimu karena dia bicara dengan ketulusan

dan yang pintar karena dia bicara dengan keilmuan.

 

Kalau kamu bertanya kenapa harus dirimu yang kucintai,

sama saja seperti menjelaskan warna putih kepada orang buta.

 

Kamu akan menjadi kecewa ketika kamu berharap.

 

Intoleransi antar umat beragama

bisa jadi berasal dari kesalahpahaman memaknai teks-teks agama.

 

Tugas kita di tengah keragaman dan perbedaan,

kita membangun semangat kerukunan.

Karena kita yang berbeda kalau tercerai-berai itu jadi sampah,

tapi kalau bersama-sama, kita jadi alat pembersih sampah, seperti sapu lidi.

 

Manusia itu hanya terjebak pada dua lubang: kebodohan dan egoisme.

Bisa jadi dia pintar, tapi hatinya egois yang mendorong dia untuk korupsi.

Bisa jadi hatinya baik, tapi kebodohan yang membuat dia terjebak dalam korupsi.

 

Setiap orang mempunyai kebenarannya masing-masing.

Saya tidak bisa memaksa kamu untuk meyakini kebenaran yang saya yakini,

begitu pun sebaliknya,

tapi kita bisa sama-sama dalam hal kebaikan.

 

Membandingkan sesuatu yang buruk, dengan yang lebih buruk,

tidak akan bisa membuatnya menjadi lebih baik.

 

Kebenaran itu seperti pakaian dalam,

dia penting dipakai tapi tak perlu ditunjukkan ke orang lain,

yang harus ditunjukkan adalah kebaikan yang didapat dari kebenaran itu.

 

Kebaikan kita lupakan, aib kita ingat-ingat.

Aib orang lupakan, kebaikan orang ingat-ingat.

 

Rumus rezeki:

Ketika kamu mengeluarkan uangmu dengan perasaan bahagia,

maka ia akan kembali kepadamu dengan membawa teman-temannya.

 

Tidak ada manusia yang kekurangan, di mata Tuhan dan di mata manusia.

Hanya saja kemudian manusia menciptakan tolak ukur

tentang apa yang disebut normal dan tidak normal.

Yang mana sebenarnya tolak ukur itu tidak valid di mata Tuhan.

 

Carilah ilmu sebanyak-banyaknya.

Hidup itu susah, lebih susah lagi kalau kita bodoh.

 

Kalau kalah ya sudah terima kekalahan,

karena sportif itu juga bagian dari kemenangan.

 

Hidupku kok naik-turun udah kayak detak jantung?

Ya bagus. Kalau lurus-lurus aja, kamu mati!

Yang penting, pas di bawah sabar, pas di atas syukur.

 

Begitu seseorang merasa pintar, maka saat itu berarti ia bodoh.

Sebagaimana begitu seseorang merasa suci, saat itu ia sedang kotor.