Diabetes merupakan salah satu momok menakutkan bagi masyarakat modern. Sayangnya, dampak buruk penyakit generatif tersebut kerap tak disadari khalayak ramai. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan bahwa jumlah pengidap diabetes di tanah air mencapai 19,5 juta jiwa di tahun 2024. Angka tersebut diprediksi terus melonjak bila tak ada langkah preventif serius sebagai antisipasi.
Upaya pencegahan diabetes terus digaungkan guna menekan pertambahan jumlah pengidap. Di sisi lain, pembenahan kasus diabetes patut dilakukan secara efektif untuk meminimalkan risiko komplikasi yang mengancam keselamatan nyawa. Untungnya, semakin banyak tenaga kesehatan (nakes) yang sangat peduli terhadap penanganan penyakit yang populer dengan istilah kencing manis tersebut.
Di antara sekian banyak nakes hebat yang menaruh perhatian besar pada kasus diabetes, nama I Made Aditiasthana tentu menjadi salah satu yang teristimewa. Dedikasinya dalam menangani masalah luka diabetes membuatnya berhasil meraih apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards Tahun 2024 untuk kegiatan bertajuk “Merawat Luka, Menyembuhkan Asa Pasien Diabetes”.
Karya Besar yang Berawal dari Niat Mendulang Rupiah
I Made Aditiasthana mengawali karier di bidang kesehatan dalam bidang keperawatan. Ketika masih berstatus mahasiswa, pria yang akrab disapa Adit tersebut mulai memahami bahwa penyakit diabetes bisa jadi ladang cuan berpotensi fantastis. Motivasi itulah yang membuat Adit tergugah mengikuti Certified Wound Care Clinical Associate (CWCCA). Program tersebut berfokus pada teknik perawatan luka, mulai dari anatomi fisiologi dasar, penyembuhan, pengkajian, persiapan dasar, pemilihan balutan, hingga perawatan.
Biaya perawatan luka diabetes tergolong besar dan jumlah pasiennya sangat banyak. Kala itu di tahun 2013, Adit bisa memperoleh uang senilai Rp200 ribu hingga Rp300 ribu untuk sekali kunjungan di kawasan Denpasar. Usai menyelesaikan pendidikan, Adit kembali ke kampung halamannya di Singaraja. Tekad bulat untuk meneruskan profesi itu justru membuatnya mengubah rencana masa depan ketika menyaksikan realita hidup.
Kondisi ekonomi pengidap diabetes di Singaraja terbilang sangat terbatas. Alih-alih berhasil menaikkan tarif perawatan luka, tawar-menawar justru acapkali terjadi antara Adit dan para pasien. Tak jarang rasa terenyuh muncul saat mengunjungi rumah pasien, mengenalnya lebih dekat, dan mendengar curahan hati terkait keadaan diri sendiri maupun keluarga. Alhasil, Adit hanya menetapkan tarif perawatan senilai Rp50 ribu sejak tahun 2016. Bahkan, lulusan Universitas Udayana ini membuka pintu klinik sebesar-besarnya bagi pasien yang hanya mampu membayar sekadarnya atau bahkan tak bisa membayar sama sekali.
Tantangan Besar dalam Menjalankan Misi Kemanusiaan
Tarif perawatan luka diabetes seikhlasnya merupakan keputusan mulia dari sisi sosial kemanusiaan. Kendati demikian, tak dapat dipungkiri kalau hal tersebut memicu masalah lain dari segi biaya operasional. Kendala tersebut berusaha diatasi Adit dengan cara meracik obat serta proses pencucian luka secara herbal dibantu sang istri.
Pengalaman bertahun-tahun sebagai pemrakarsa klinik perawatan luka diabetes membuat I Made Aditiasthana semakin menyelami kehidupan para pengidap penyakit tersebut. Sebanyak 15% hingga 20% pasien luka diabetes yang ditanganinya berisiko mengalami amputasi kaki. Tindakan medis tersebut tentu bukan cuma menghilangkan anggota gerak, melainkan juga harapan hidup orang tersebut. Stereotip yang beredar masih menganggap amputasi sebagai akhir dari segalanya karena membuat pasien tidak produktif dalam menjalani sisa umurnya.
Adit menjalin relasi dengan seorang pembuat kaki palsu bernama Made Beni Ariadi untuk mendukung pengadaan kaki palsu bagi para pasiennya pasca amputasi. Hubungan baik dan kesamaan visi misi membuat Adit dan Beni sepakat mendirikan Yayasan Kaki Kita Sukasada (YKKS) pada tanggal 1 Oktober 2019.
Sukasada adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Buleleng. Nama tersebut awalnya dipilih Adit dan Beni yang mengira bahwa kiprahnya hanya terbatas pada satu kecamatan. Seiring berjalannya waktu, semangat untuk meringankan beban pasien luka diabetes pasca amputasi di berbagai daerah kian besar. Itulah sebabnya nama lembaga tersebut diubah menjadi Yayasan Kaki Kita Senusantara (YKKS).
Sumber: ppni-inna.org
Berbagai Aksi Nyata yang Direalisasikan YKKS
Ada tiga program dasar yang telah digagas dan direalisasikan Adit dan Beni di bawah naungan YKKS, yaitu:
1. Perawatan pasien luka diabetes: meliputi penanganan luka sekaligus edukasi tentang cara menjaga kebersihannya serta upaya meminimalkan risiko amputasi. Langkah ini tentu sangat esensial untuk menambah wawasan khalayak ramai mengenai pentingnya penanganan luka diabetes secara tepat demi mengantisipasi akibat fatal berupa kehilangan anggota tubuh.
2. Pembuatan kaki palsu: memproduksi alat bantu gerak dari bahan daur ulang berupa plastik untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien luka diabetes pasca amputasi. Program utama ini turut berkolaborasi dengan dokter bedah sehingga YKKS bisa memberikan dukungan psikis kepada para pasien yang menjalani tindakan amputasi.
3. Pemberdayaan kaum disabilitas usia produktif: mempekerjakan para penyandang disabilitas untuk membuat produk bernilai pakai dan bernilai ekonomi berbahan dasar plastik. Selain membuat kaki palsu, ada bermacam-macam produk lainnya seperti meja kursi, lukisan, perabot rumah tangga, dan sebagainya. Program ini dijalankan oleh anak usaha YKKS yang bernama Karya Difabel dan untuk Difabel (KarFa) dengan persentase 25% keuntungan untuk program YKKS.
Keberhasilan meraih penghargaaan SATU Indonesia Awards 2024 tak lantas membuat I Made Aditiasthana berpuas diri dengan pencapaiannya. Adit dan rekannya, Beni, justru kian bersemangat mengembangkan YKKS untuk membantu lebih banyak pengidap luka diabetes, orang yang butuh kaki palsu, serta penyandang disabilitas.
Niscaya dedikasi terhadap dunia kesehatan dan keberlanjutan lingkungan yang dilakukan YKKS menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal sama pada beragam bidang lainnya. Kiprah YKKS masih digaungkan hingga hari ini melalui akun Instagram Yayasan Kaki Kita Senusantara sebagai bagian dari rekam jejak perjuangan mandiri para putra kebanggaan negeri.
Referensi:
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8401/cegah-dini-ancaman-diabetes?lang=1
No comments