Pernah mengalami selisih
paham?
Pasti pernahlah, ya. Seenggak
pernahnya pun, pasti pernah mengalami selisih paham yang tidak disadari.
Selisih paham juga bisa terjadi di kalangan guru. Iya, guru.
Gurumu Juga Manusia Biasa Lho
Dari luar mungkin kita
melihat mereka sebagai pribadi yang biasa-biasa saja. Kompak mendidik
murid-murid dan menjunjung tinggi persatuan di ruang guru. Tetapi pada
kenyataannya, sebagai manusia biasa ternyata guru juga dapat mengalami
benturan-benturan kecil dengan sesama rekan kerja.
Ada satu istilah menarik yang
pernah diungkapkan seorang guru senior. Guru tersebut berujar bahwasanya ada
sesuatu yang menyebabkan frekuensinya dan salah seorang rekan kerjanya tidak
pernah tune-in. Ah, semacam mau
siaran radio saja. Singkatnya, sungguh sulit sekali untuk menjalin hubungan
yang harmonis dengan si dia. Hubungan sebagai rekan kerja tentu berjalan biasa
saja. Tetapi tidak pernah bertambah “intim” atau akrab karena ada sesuatu yang
terasa menghalangi.
Bisa Terjadi Karena Perbedaan Prinsip
Banyak sekali hal yang bisa
mendasari dua frekuensi yang kurang tune-in
satu sama lain. Mulai dari perbedaan prinsip dalam mendidik murid, perbedaan
gaya bercanda atau memang atmosfer pergaulan yang berlainan. Sebab ada guru
yang karakternya gemar bercanda dan bersosialisasi namun tak sedikit pula yang
larut dalam kepentingannya sendiri.
Fenomena yang satu ini memang
unik sekali. Di hadapan murid-murid atau orangtua murid, mereka semua tampak
baik-baik saja. Komunikasi pun terjalin seperti biasa saban hari. Bukan marah
lantas diam-diaman sepanjang segala abad.
Bila diumpamakan seperti
sebuah kelas di sekolah, seorang murid tentu tidak dapat menjalin hubungan yang
sangat akrab dengan semua teman sekelasnya. Murid tersebut pasti punya segelintir
teman akrab, sementara ada pula teman yang chemistry-nya
terasa sangat kurang dan “gak pernah nyambung”.
Jangankan bisa nyambung,
melihat deretan giginya ketika dia tertawa saja rasanya sudah menyebalkan. Kok
kesannya jahat banget, ya.
Cara Mengatasi Kendala Frekuensi yang Tidak Tune-In
Profesionalitas adalah kunci
utama bagi setiap pengambilan sikap yang tepat di sekolah. Berat banget sih
bahasanya. Intinya, bersikap profesional dan menjunjung tinggi kepentingan
lembaga pendidikan sebagai pencapaian nomor satu. Karena meski kedekatan hati
tidak pernah bisa dijalin dengan rekan kerja tertentu, tetap ada lembaga
pendidikan yang menjadi pemersatu.
Selama sikap profesionalitas
itu tetap ada, niscaya seorang guru mampu mengesampingkan ego pribadinya ketika
bekerja di sekolah. Kabar buruknya, kita tidak akan pernah bisa menyenangkan
hati semua orang. Sementara kabar baiknya, kita memang tidak perlu melakukan
hal tersebut.
Cukup menjadi diri sendiri
dan beradaptasi dengan lingkungan di sekitar kita. Bagaikan air dengan minyak,
satu sama lain sebaiknya menyibukkan diri dengan urusannya masing-masing. Tanpa
perlu saling menyindir, tanpa perlu saling mengusik.
Tulisan ini ditulis pada 13
Januari 2016. Terinspirasi dari ketidaksengajaan mendengar percakapan di mobil
sehari yang lalu. Ketika mendung yang pekat menaungi langit Pademangan.
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seorang guru tidak tune dengan siswa, faktor dari dalam diri guru sendiri, dari murid, maupun faktor eksternal lainnya (you name it). But by far, tulisan ini sudah bisa mewakili. Intinya sih kedua belah pihak belajar untuk komunikasi yang baik :D
ReplyDeleteSalam kenal btw
Betul sekali, Pak Guru :D
ReplyDeletebanyak fenomena menarik ya kalo membahas tentang dunia pendidikan.
Salam kenal, saya juga masih terus belajar menulis dan menganalisis dunia pendidikan yang menarik :)
Salah satu kisah mengenai gagal paham antara guru dan peserta didik :) http://tulisanjaw.blogspot.com/2016/03/gagal-paham.html
ReplyDelete