Sebelum
mulai membaca tulisan ini, coba jawab dulu pertanyaan ini dalam hati.
Apa
yang langsung terbayang ketika mendengar kata “rezeki”?
Mayoritas
orang pasti setuju kalau rezeki identik dengan uang, harta, atau kekayaan.
Padahal definisi rezeki jauh lebih baik dan positif daripada hal-hal seperti
itu. Kesehatan, keluarga, dan sahabat tentu lebih berharga dibandingkan harta
semata. Itulah sebabnya rezeki disebut sebagai fortune dalam Bahasa Inggris. Karena sejatinya rezeki bukan sekadar
soal materi, melainkan soal karunia atau keberuntungan.
Tapi
ya udahlah ya. Gak apa-apa juga sih kalau mau mengartikan rezeki sebagai harta.
Memiliki harta yang banyak juga bukan suatu kejahatan kan. Tiba-tiba saya
tergelitik membuat tulisan ini setelah menonton video Deddy Corbuzier beberapa
hari lalu. Video yang diunggah di Youtube tersebut mengungkapkan rahasia
tentang mengapa (cukup banyak) orang cina lebih kaya dibandingkan dengan ras
lain.
Sebenarnya
saya juga sama seperti Deddy. Saya tidak terlalu setuju dengan anggapan bahwa
orang Cina pasti lebih kaya. Karena kaya atau tidaknya seseorang tentu tidak
ditentukan oleh rasnya. Namun saya juga mengiyakan isi video Deddy tersebut. Sebagai
orang Cina, memang ada beberapa prinsip yang ditanamkan oleh para orang tua sejak
kami kecil. Saya pun tertarik mengembangkan lima poin yang disampaikan Deddy
agar nuansanya lebih kekinian dan meyakinkan.
Inilah
ulasannya!
1. Menabung dengan jumlah besar.
Mayoritas
orang Cina memang diajarkan kebiasaan yang satu ini ketika masih kanak-kanak. Jadi,
kalau kita diberi uang jajan Rp 10.000, sebaiknya kita menabung minimal
setengahnya yaitu Rp 5.000. Kemudian kita harus membiasakan diri untuk berhemat
dengan sisa uang jajan yang kita punya. Kebiasaan ini akhirnya terbawa hingga
dewasa ketika sudah punya penghasilan sendiri. Menabung dengan jumlah 50%
hingga 60% dari total penghasilan bukanlah hal aneh bagi orang Cina. Bukan
kopet lo ya, tetapi hemat.
2. Jangan lupa investasi.
Uang
yang kita tabung begitu saja akan merosot nilainya akibat pengaruh inflasi. Jadi,
sebaiknya kita mulai berinvestasi demi mengamankan nilai uang tersebut. Pilihan
investasinya banyak. Orang-orang tua zaman dahulu paling menyukai emas sebagai
pilihan investasi konvensional yang menguntungkan dalam jangka panjang. Kini,
bank juga menyiapkan berbagai produk investasi terpercaya, mulai dari deposito
sampai reksadana. jumlah uang yang kita investasikan nanti akan bertambah
banyak seiring dengan berjalannya waktu.
3. Utang itu haram.
Iya,
utang memang haram bagi orang Cina. Terutama jika harus berutang untuk
kebutuhan sehari-hari seperti barang-barang kebutuhan dapur. Rasanya masih ada
banyak sumber rezeki yang bisa diusahakan daripada keburu menyerah lalu berutang.
Sebaiknya kita hanya berutang dalam keadaan terpaksa, misalnya ketika sakit dan
kesulitan menyelesaikan kewajiban finansial lainnya.
Satu
hal yang paling haram saat berutang adalah utang untuk memenuhi gaya hidup
konsumtif. Jangan pernah meminjam uang untuk membeli pakaian bermerek atau
bergaya hidup mewah. Jika kita tidak punya utang, maka kita tidak perlu pusing
memikirkan cara membayarnya. Kita juga tak akan terlilit oleh bunga utang yang
besar bila utang tak kunjung lunas. Begitu kata nenek saya.
4. Untung kecil tetapi banyak.
Rahasia
nomor empat ini benar-benar harus diterapkan oleh orang yang berprofesi sebagai
pedagang. Untung besar ketika berjualan tidak ada gunanya kalau pelanggan malah
kapok dan tidak berbelanja di tempat kita lagi. Lebih baik kita mengambil
untung kecil agar calon pelanggan tertarik berbelanja kepada kita. Dengan
demikian, kita pun akan mendapatkan total keuntungan besar jika punya banyak
pelanggan.
Oh
iya, ada satu lagi lo yang kadang-kadang menjengkelkan bagi para pelanggan.
Jangan pernah bilang begini,
“Kita jualan gak ambil untung kok, Cici/ Koko/ Bu/ Pak.”
Kalimat
seperti itu sih emang hiperbola banget.
Ya
terus ngana ngapain dagang kalo gak ambil untung?
Tidur aja
sana di rumah. Gak usah sibuk dagang kalo gak ada untungnya.
Kalimat
yang lebih tepat itu seperti ini:
“Kita jualan gak ambil untung banyak kok, Cici/ Koko/ Bu/ Pak. Sama langganan mah gak dimahalin.”
5. Membeli barang yang harganya sesuai kemampuan.
Kita
tak harus selalu membeli barang-barang super murah agar lebih hemat. Buat apa
beli barang murah kalau ujung-ujungnya malah cepat rusak. Jadi, yang harus kita
lakukan adalah membeli barang yang harganya sesuai kemampuan. Beli yang
bermerek sih gak apa-apa asalkan kondisi finansial kita memadai. Misalnya,
membeli tas seharga 1 juta mungkin kelihatan mahal bagi orang lain. Namun hal
tersebut tentu tak jadi masalah bila kita punya uang di atas 50 juta. Ada harga,
ada kualitas. Kalau cuma punya uang 5 juta, ya gak usah beli tas yang harganya
sampai 1 juta. Pasti masih banyak tas lain yang harganya lebih worth it dan gak bikin kantong jebol.
Orang-orang
Cina kaya yang duitnya kayak tinggal metik biasanya menggunakan kendaraan yang
biasa-biasa saja. Bahkan kisaran harga mobilnya mungkin cuma 200 hingga 300
juta saja. Kenapa?
Karena
mobil bukanlah aset investasi. Nilainya akan terus turun dari tahun ke tahun.
Mobil kelas menengah yang spesifikasinya bagus tentu sudah lebih dari cukup
untuk memfasilitasi kegiatan sehari-hari.
6. Orang tua adalah pembuka pintu berkat bagi kita.
Jangan
pelit sama orang tua sendiri.
Saya
sudah melihat beberapa contoh nyata tentang anak-anak yang hidupnya penuh
berkat karena memuliakan orang tua. Di salah satu mall besar di Tangerang, saya pernah melihat mobil yang
dimodifikasi khusus untuk orang tua yang sangat sepuh dan tak kuat berjalan.
Mobil itu dilengkapi dengan mini elevator
yang bisa mengangkat dan menurunkan kursi roda secara otomatis. Sistem
pengaturannya menggunakan tombol-tombol yang ada di dekat mesin elevator itu.
Wow, keren banget. Betapa bahagianya orang tua yang memiliki anak berbakti
seperti itu.
Sebaliknya,
ada pula yang hidupnya juga terseok-seok karena pelit sama orang tua. Orang tua
adalah pembuka pintu berkat bagi kita. Setiap kali dia tersenyum karena kita,
pasti pahala kita bertambah. Kebahagiaan dan doa-doanya akan membuka pintu
berkat kita. Jadi, kita tak akan kekurangan rezeki bila kita tidak pelit kepada
orang tua sendiri.
7. Kerja keras yang tak kenal waktu.
Orang
Cina yang tajir melintir pasti punya etos kerja yang disiplin dan tak mengenal
waktu. Kalau gak percaya, coba tanya langsung sama mereka. Sudah pasti mereka
menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja keras. Waktu muda dulu tentu sering
lembur di kantor, kerja di hari Sabtu-Minggu, bahkan masih sempat mengerjakan
pekerjaan sampingan. Jika ada banyak anggota keluarga di rumah, bisnis online juga dikerahkan untuk
menghasilkan pendapatan ekstra. Etos kerja inilah yang membuat orang Cina mampu
mengumpulkan lebih banyak uang dan dianggap lebih kaya dari ras lainnya.
Biasanya
mereka cuma ngangguk-ngangguk, senyum, atau ketawa kecil kalau ditanya,
“Kok
kerja terus, gak capek ya?”
8. Punya rumah pribadi dulu, gaya-gayaannya belakangan aja.
Ini
nih yang jadi masalah bagi generasi milenial. Mayoritas generasi milenial lebih
mengutamakan perilaku konsumtif dibandingkan kebutuhan primer. Gaya-gayaan beli
mobil biarpun harus mati-matian bayar cicilan atau nabung berbulan-bulan untuk traveling ke luar negeri.
Bela-belain
beli mobil sekarang dengan cara mencicil tentu bukan keputusan yang tepat.
Beberapa tahun ke depan, harga mobil bekas pasti terus merosot. Sementara itu,
harga rumah makin meroket dan bikin kita makin susah membelinya.
Orang
Cina itu pantang gaya-gayaan dan boros. Apalagi kalau belum punya rumah
pribadi. Having your own house is a must.
Karena rumah adalah kebutuhan primer sekaligus aset investasi yang nilainya
terus berlipat ganda. Kita gak akan rugi kalau menunda beli mobil atau gadget. Selalu ada gadget atau mobil keluaran terbaru yang lebih canggih dan lebih
keren di tahun-tahun mendatang. Kalau hanya takut panas dan debu pas pergi ke mall, pakai taksi online aja.
9. Badan sehat juga ada hubungannya dengan isi kantong.
Apa
hubungannya badan sehat dengan isi kantong?
Tentu
ada hubungannya. Badan yang sehat akan membuat kita lebih semangat bekerja.
Selain itu, kita juga tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk berobat ke rumah
sakit. Pola hidup sehat adalah suatu keharusan. Kita gak perlu melakukan
hal-hal yang ribet dan mahal agar selalu sehat. Makan dengan porsi secukupnya
dan olahraga teratur sudah lebih dari cukup. Si Cina zaman now gak sekadar sibuk menimbun rupiah kok. Sekarang, orang Cina
juga sudah lebih teliti untuk urusan menjaga kesehatan.
10. Kartu kredit itu kadang-kadang diperlukan, tapi sering kali enggak sih.
Kartu
kredit itu bisa dimanfaatkan dengan benar untuk berhemat. Banyak sekali merchant atau tempat makan yang
menawarkan diskon 10% hingga 40% jika kita membayar dengan kartu kredit. Hal ini
tentu bikin kita semakin hemat asalkan nanti kita melunasi tagihan kartu kredit
tepat waktu. Kartu kredit juga dibutuhkan sebagai alat pembayaran darurat saat
bepergian ke luar negeri. Kita tak perlu khawatir kesulitan membayar sesuatu di
luar negeri bila sudah memiliki kartu kredit.
Lebih
dari itu, kartu kredit juga sering kali tak berguna. Jangan sampai kita
menggunakan kartu kredit secara berlebihan untuk membeli hal-hal yang tidak
penting. Tagihan kartu kredit dan bunganya yang terus menumpuk malah membuat
kita jadi rentan terlilit utang.
11. Uang atau emas adalah kado terbaik bagi siapa pun.
Pada
acara pernikahan, kelahiran, atau ulang tahun, sebaiknya kita memilih uang atau
emas sebagai kadonya. Ini bukan soal nominal uang atau emas yang kita berikan.
Melainkan tentang manfaat dari pemberian tersebut. Uang yang diberikan sebagai
hadiah tentu bisa digunakan si penerima untuk berbagai kebutuhan penting.
Hadiah berupa emas juga sama. Emas bisa disimpan sebagai kenang-kenangan
sekaligus aset investasi yang tingkat likuiditasnya baik. Ketika sedang
memiliki rezeki berlebih, tak ada salahnya menyenangkan orang-orang yang kita
cintai dengan memberikan kado berupa uang atau emas.
Begitu
deh kira-kira ulasan tentang 11 rahasia agar cepat kaya ala si Cina zaman now. Satu hal yang paling saya pahami sampai sekarang. Bahwa kaya itu relatif, tetapi melarat
itu mutlak.
Yakin cuma orang Cina yang bisa?
Ya enggaklah. Semua orang juga pasti bisa meraih hal yang sama.
No comments