Hidup
ini seperti secangkir kopi.
Di
mana pahit dan manis bertemu dalam kehangatan.
Kita
tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu.
Sesempurna
apa pun kopi yang kamu buat,
kopi tetap
kopi.
Punya sisi
pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.
Jadilah
seperti kopi,
yang
tetap dicintai tanpa menyembunyikan pahitnya diri.
Rindu
ini telah mengendap.
Ikhlas
walau tak berbalas.
Seperti
endapan kopi yang tak pernah diteguk.
Kopi
itu pahit.
Rindu
itu sakit.
Sediakan
kopi di depan pintu rumahmu.
Bisa
jadi rindu datang bertamu.
Cinta
itu bebas.
Namun
cinta itu juga tak bisa dipaksakan.
Cinta
menyatukan dua perbedaan.
Seperti
gula dan kopi yang saya seduh malam ini.
Kehidupan
ibarat secangkir kopi.
Hidup
adalah kopi.
Pekerjaan,
uang, dan kedudukan adalah cangkirnya.
Terkadang
kita hanya fokus pada cangkir.
Ingin
cangkir yang lebih besar, lebih bagus, dan lebih mewah.
Hingga
kita lupa
bahwa
cangkir itu tidak akan mempengaruhi kualitas kopi yang ada di dalamnya.
Semoga
kita tidak terlena dengan cangkir
hingga
lupa menikmati kopi.
Adakah
yang lebih setia daripada kopi?
Menemani
hati yang ditinggal pergi,
bersama
jejak kaki dalam sayupan lagu sepi.
Kopi
tanpa gula adalah kopi yang jujur.
Dia
tak perlu bermanis-manis di mulut.
Tanpa
ragu menunjukkan jati diri
pada
sang peminumnya.
Kadang
kala hidup itu bagaikan kopi.
Kalo
gak pahit, gak seru.
Mengenalku.
Yang
kau tahu jangan hanya gelapnya luaranku.
Seperti
halnya secangkir kopi yang belum kau seduh.
Jika
hadirmu sekadar ada, tanpa ada rasa,
kupastikan
kopi masih lebih baik darimu.
Secangkir
kopi yang kunikmati
seolah
berkata kepadaku bahwa
hitam
tak selalu kotor dan yang pahit tak selalu menyedihkan.
Aku
kopi, kamu gula.
Harusnya
kita sempurna.
Tapi
penyeduh tidak menyajikan kita di cangkir yang sama.
Jika
kopimu terlalu manis,
cobalah
meminumnya sambil mengenang masa lalu,
barangkali
membantu.
Kopiku
memang tak semanis janji-janjimu.
Tapi
dengan tanpa sadar
salah satu
janjimu bisa mengalahkan pahit secangkir kopiku.
Aku
adalah secangkir kopi.
Jika
kamu tak mengerti pahit dan getirku,
mungkin
teh lebih cocok untukmu.
Aku
tahu mengapa kau suka minum kopi susu.
Kopi
membuat matamu menyala,
susu
membuat matamu manja.
Cinta itu
seperti kopi susu.
Dituang
dalam satu wadah.
Bercampur
menyatu hingga sulit dipisahkan.
Sampai
waktunya habis
diminum
oleh sang pembuatnya.
Kesempurnaan
rasa kopi berasal dari rasa pahitnya.
Oleh
karena itu, kenangan pahit akan
membentuk
kita yang lebih baik di masa depan.
Terkadang
hidup itu seperti secangkir ampas kopi.
Di
mana yang membuat nikmat terkhianati
dan
tak lagi dihargai.
Setidaknya
aroma kopiku masih setia menemani.
Meski
tak sewangi aroma parfummu yang beranjak pergi.
Kopi
adalah hal sederhana.
Ia
kerap bercerita tentang
bagaimana
seharusnya kita menikmati pahitnya hidup.
Kali
ini,
aku
mulai mencoba mengenal rindu.
Seperti
takaran Ibu membuat kopi Ayah.
Mari
minum kopi.
Agar
pahit rindumu terasa manis
dan
dingin hatimu sedikit hangat.
No comments