Cinta itu abadi,
tapi bisa pindah ke hati yang lebih menghargai.
Tak ada yang abadi.
Setiap yang kamu miliki pasti akan pergi.
Tapi tak akan ada kesedihan jika kamu rela melepaskan.
Tidak ada yang abadi, baik bahagia maupun luka.
Suatu saat kita akan tiba di titik menertawakan rasa yang dulu sakit,
atau menangisi rasa yang dulu indah.
Tak ada musuh abadi, tak punya teman sejati.
Yang ada hanya kepentingan.
Ada yang menjadi hobi pakai cara tak terpuji.
Waspadai politik adu domba yang akan merusak kita.
Tidak ada penderitaan yang abadi, tidak ada kebahagiaan yang abadi.
Kecuali bagi yang pandai bersyukur.
Selamanya dia akan merasakan kebahagiaan.
Cinta sejati serupa api abadi.
Selalu terbakar, tak pernah sakit, tak pernah tua, tak pernah mati.
Tak pernah pula berpaling.
Kesendirian saat ini
hanyalah bagian dari proses menuju kebahagiaan yang abadi.
Cinta tak perlu diketahui dan dikenang oleh orang lain,
tak perlu ditulis dalam sejarah atau literatur mana pun.
Cukup hanya dirasakan oleh hati yang saling mencintai.
Itu arti abadi yang sesungguhnya.
Keheningan yang abadi
diperoleh ketika manusia berbahagia jadi orang biasa.
Di dunia ini tak ada yang abadi.
Sedihmu, sakitmu, sulitmu.
Tak ada yang abadi.
Senangmu, banggamu, mudahmu.
Maka untuk segala sesuatu jangan berlebihan.
Laki-laki memang tak sepenuhnya bisa diyakini.
Cinta yang sangat kuat dengan fondasi yang kukuh di awal
tak menjamin munculnya kesetiaan yang abadi.
Tidak ada yang abadi di hati manusia.
Apalagi urusan perasaan yang bernama cinta.
Jadilah cahaya kecil yang sinarnya kekal abadi,
bukan cahaya terang yang hanya sesaat.
Untuk semua yang merasakan cinta,
waktu adalah keabadian.
Orang boleh pandai setinggi langit,
tapi selama ia tidak menulis,
ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
No comments