9 Etika Penggunaan WhatsApp Ini Tidak Tertulis Tetapi Amat Penting




Karena kita bukan manusia gua.
Ya, bukan manusia gua yang berasal dari peradaban kuno.

Jadi, kita harus menggunakan teknologi secara bijak. Agar teknologi tersebut benar-benar bermanfaat bagi kehidupan kita. Bukan malah mengganggu kelancaran aktivitas atau bahkan merusak hubungan kita dengan orang-orang terdekat.

Hampir semua pengguna smartphone menggunakan aplikasi WhatsApp. Pada pertengahan tahun 2015, WhatsApp tercatat memiliki 800 juta pengguna aktif bulanan. Kemungkinan besar jumlah ini terus bertambah seiring dengan peningkatan jumlah pengguna smartphone.

Banyak orang yang asyik menggunakan WhatsApp setiap hari. Berkirim pesan, mengobrol di grup, berbagi foto dan video, atau sekadar update status dan mengganti display picture. Sayangnya, masih banyak yang tak paham dengan etika penggunaan WhatsApp tersebut. Etika berikut ini memang tidak tertulis. Tak ada satu pun orang atau lembaga yang pernah memberikan edukasinya. Namun akan lebih baik bila kita memahami 9 hal ini mulai sekarang :

WhatsApp bisa digunakan selama 24 jam penuh. Tetapi bukan berarti kita jadi tak tahu tata krama saat menghubungi orang.

Kita bebas menggunakan WhatsApp selama 24 jam penuh, kapan pun kita mau. Tetapi bukan berarti kita bebas menghubungi semua orang semau kita. Ingatlah bahwa ada batasan-batasan waktu yang harus kita pahami. Misalnya, tidak menghubungi atasan, guru, dosen, atau orang yang lebih tua di atas jam 8 malam atau sebelum jam 8 pagi. Malam hari adalah waktu beristirahat. Lain urusan jika kita menghubungi orang-orang yang akrab dengan kita dan memang sering chat sepanjang hari melalui WhatsApp. 

Jangan jadi PHP atau drama queen, kita bisa mematikan fitur read di WhatsApp.


 


Orang yang pelupa sering kali membuka pesan di WhatsApp kemudian lalai membalasnya. Sementara orang yang sering jadi drama queen pasti jadi baper sewaktu pesannya tak kunjung dibalas. Demi menghindari konflik ini, kita bisa mematikan fitur read di WhatsApp. Itulah, dua centang berwarna biru yang muncul saat pesan kita sudah dibaca orang lain.

Cara mengaturnya sangat praktis. Masuklah ke bagian setting, account, privacy, dan hilangkan centang pada bagian read receipt. Karena kita memutuskan untuk tidak memperlihatkan centang biru kepada pengguna WhatsApp yang lain, maka kita pun akan menerima hal yang sama. Kita tak lagi bisa mengetahui apakah orang lain sudah membaca pesan kita atau belum. Ini adil, kan?

Gak usah sok mainan gambar, foto, atau video kalau ternyata masih fakir kuota.

WhatsApp itu aplikasi yang pintar kok. Kita tak perlu berdalih bahwa WhatsApp tersebut sembarangan menyedot kuota internet kita. Karena gambar, video, dan file lainnya tak akan diunduh secara otomatis bila kita telah menentukan setting yang tepat.

Coba masuk ke bagian setting lalu data usage. Pada bagian tersebut, ada pengaturan unduh file ketika menggunakan mobile data dan wifi. Kita bebas mengaturnya sesuai kebutuhan. Saat menggunakan wifi, kita tentu lebih leluasa mengunduh file foto, audio, video, atau dokumen lainnya tanpa khawatir kehabisan kuota. Sebaliknya, alangkah lebih baik bila kita membatasi unduhan secara otomatis saat menggunakan mobile data.

Jangan sampai kita kesulitan berkirim pesan penting via WhatsApp cuma karena kuota habis. 

Fitur Call WhatsApp bukan satu-satunya, masih ada telepon biasa.

Fitur call di WhatsApp memang memudahkan kita untuk menelepon dengan mengandalkan kuota internet. Tetapi fitur yang satu ini tak selalu bisa menyajikan kualitas suara yang baik. Malah tak jarang suaranya putus-putus dan sangat tak jelas. Jangan terus-terusan mengandalkan fitur call sampai aktivitas kita jadi terhambat. Gunakan pulsa untuk menelepon secara biasa. Jangan bikin malu diri sendiri atau mengulur waktu karena kualitas internet yang buruk sewaktu menggunakan fitur call.

Jangan ringan tangan memblokir orang di WhatsApp. Bukan cuma kita yang punya perasaan, orang lain juga punya.



Manusiawi kok kalau kita pernah merasa sangat jengkel pada orang lain. Apalagi bila rasa dongkol tersebut berawal dari percakapan di WhatsApp. Celakanya, orang tersebut selalu menghubungi kita via WhatsApp setiap hari. Keputusan untuk memblokir kontak WhatsApp orang lain pun sering jadi jalan pintas.

Begini, ya. Ada satu hal yang harus kita pahami soal keputusan memblokir kontak WhatsApp orang lain. Bahwa orang lain juga punya perasaan, sama seperti kita. Apalagi kalau orang yang kita blokir ternyata adalah orang-orang terdekat yang menyayangi kita.
Coba bayangkan bagaimana perasaan kita seandainya WhatsApp kita yang diblokir orang tersebut! Ayo bayangkan!

Semua perilaku yang sudah terjadi tak akan bisa ditarik kembali, termasuk urusan blokir kontak di WhatsApp. Bukan mustahil lo orang yang kita blokir punya ingatan sangat kuat. Memaafkan itu mudah, tetapi tidak demikian halnya dengan melupakan.

Berusahalah menjadi orang terakhir yang membalas chat WhatsApp.

Peraturan tak tertulis yang satu ini menyangkut norma kesopanan. Kita akan mencerminkan pribadi yang sopan jika kita senantiasa berusaha menjadi orang terakhir yang membalas chat. Jadi, sudahi chat dengan ucapan terima kasih dan pamit. Selain itu, kita juga bisa menggunakan aneka emoticon bernuansa manis dan sopan sebagai penutup percakapan yang sempurna.

Tak perlu ragu menggunakan fitur mute kalau notifikasi grup terasa mengganggu. 

Mengapa harus mute? Mengapa tidak leave group saja?
Leave group adalah sesuatu yang terasa kurang sopan, terutama kalau kita berhubungan erat dengan grup tersebut. Misalnya saja grup WhatsApp keluarga, grup WhatsApp berisi rekan kerja atau atasan, dan grup yang isinya sahabat-sahabat kita. Ada kalanya kita merasa terabaikan atau tak dapat menanggapi topik obrolan yang sedang dibahas. Puluhan atau ratusan notifikasi pun terus membanjiri smartphone kita.

Merasa risih itu wajar. Tetapi tak etis rasanya bila kita sampai leave hanya karena tak betah. Solusi bijaknya, gunakan fitur mute untuk mematikan notifikasi. Pilihannya beragam, bisa 8 jam, seminggu, atau setahun sesuai kebutuhan. Kita juga bisa memilih, notifikasi grup tetap muncul saat kita membuka WhatsApp atau tidak. 

Luangkan waktu memeriksa notifikasi WhatsApp minimal 3 jam sekali.

Ada orang-orang yang sangat mengandalkan WhatsApp saat bekerja atau berkomunikasi dengan orang-orang terdekat. Namun ada pula yang tidak sering menggunakannya dan lebih memilih cara lain. Kalau kita termasuk orang yang sering menggunakan WhatsApp, sebaiknya kita mengecek notifikasi WhatsApp setiap 2-3 jam sekali. Supaya tak ada informasi penting yang terlewatkan hanya karena kita tidak mengamati notifikasi WhatsApp.

Sementara bagi orang-orang yang tidak terlalu sering menggunakan WhatsApp, intensitas pengecekan notifikasinya bisa dikurangi. Mungkin sekitar 3-4 kali sehari.

Tidak membalas pesan personal tetapi asyik berceloteh di grup, yay or nay?




Suatu ketika mungkin kita sedang sebal setengah mati dengan orang yang ada di kontak WhatsApp kita. Sampai-sampai kita memutuskan untuk tak membalas pesan terakhir darinya. Kita mengabaikan pesan tersebut berjam-jam atau berhari-hari, tetapi kita malah asyik berceloteh di grup WhatsApp. Sebuah grup yang salah satu anggotanya adalah orang yang tidak kita acuhkan pesan terakhirnya.
Lantas bagaimana kira-kira perasaan orang tersebut?

Marah? Kesal? Jengkel? Sedih? Kecewa? Ingin menangis? Ingin mengamuk? Ingin berteriak sambil membanting barang-barang?

Hendaknya kita menjadi orang yang semakin bijaksana dari hari ke hari. Jangan melakukan sesuatu yang membuat orang lain tak nyaman. Bila kita juga akan merasa tak nyaman ketika berada di posisi tersebut. Kita bisa mengakhiri percakapan di WhatsApp secara baik-baik. Kemudian kita pun bebas berceloteh di grup tanpa menyinggung perasaan siapa pun.
 

Menjaga perasaan orang-orang terdekat itu susah. Walaupun kita sudah berusaha jadi pengguna WhatsApp yang baik, pasti kita tetap punya kekurangan yang menyebalkan bagi orang lain. Lakukan saja semampu kita dan jangan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.

Because less expectation, less hurt.






4 comments

  1. Wah, kalau dipikir-pikir benar juga ya. Kita seharusnya berusaha menjadi orang terakhir yang membalas pesan, jangan meninggalkan pesan orang begitu saja. Terima kasih banyak ya sharingnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Kak. Terima kasih sudah mampir ke artikel ini. Semoga infonya bermanfaat ya :)

      Delete
  2. Bagaimana etika WA chat (text) yang selalu d balas dengan voice (chat suara)?

    ReplyDelete
  3. Halo, Kak.
    Terima kasih sudah mampir ke artikel ini.
    Aku juga sering ngalamin WA chat selalu dibales dengan voice note.
    Kayaknya orang yang seperti itu males baca chat jadi mungkin sebaiknya Kakak juga balas dengan voice note.
    Tujuannya supaya isi pesan tersampaikan dengan baik via suara daripada risiko salah paham jadi lebih besar karena lawan bicara malas membaca.
    Semoga sarannya membantu ya, Kak :)

    ReplyDelete