Jangan
salah menaruh hati
karena
di sanalah rumah, tempatmu kembali.
Sungguh,
jika ini benar cinta, aku tak takut jatuh lagi.
Seberapa
besar inginmu;
menginginkan
kita saling menginginkan?
Aku
mencintaimu di luar pemahaman. Selesai.
Dan,
aku bahagia. Cukup!
Kamu…
sedetik
menjauh, sedetik mendekat.
Pergi,
lalu kembali lagi.
Sebentar
ada, sekelebat tiada.
Kau
seperti pusaran tanya yang tak kunjung berhenti.
Salah
satu musuh terbesar dalam cinta adalah ketakutan; takut jatuh cinta.
Aku
butuh kamu.
Mungkin,
kamu tidak terlalu.
Tapi
kapanpun kamu butuh aku, aku ada untukmu.
Bisakah
kita saling mengingat saja,
apapun
yang terjadi, karena itu berarti.
Bisakah
kita tidak saling melupakan,
karena
itu menyakitkan.
Aku
banyak melakukan kesalahan, tetapi mencintaimu bukan salah satunya.
Bagiku,
setidaknya perpisahan ini bukan akhir.
Masih
ada hari esok untuk membuka lembaran baru
jika yang
lama enggan, atau tutup buku.
Cinta
yang sejati,
cinta yang
ketika kita kira sudah pergi,
ternyata
cuma bersembunyi,
menunggu
untuk kembali.
Untuk apa
jauh-jauh mencari,
sementara
dalam dirimu saja aku sudah menemukan alasan hidup:
bahagia
bersamamu.
Cinta
memang tak terduga. Semua serba tiba-tiba.
Datang
tiba-tiba, pergi tiba-tiba.
Bagian
tersulit dari mencintai adalah bertahan setia.
Tak
peduli seberapa lemah getar itu menyusuri kalam batinku.
Aku
hanya tahu, ada rindu yang kujaga untukmu.
“Kamu
di mana?”
Di
mana hatimu senang dan sedih, aku di sana.
Kucuri
malam di matamu agar kutahu,
seberapa
terang aku bisa menyinari gelapmu.
Aku
akan mencintaimu dengan dua cara sekaligus:
masuk di
akal, dan perasaan.
Hari
ini telah kukirimkan setumpuk rindu.
Lewat
angin, kukirimkan semuanya, hanya untukmu.
Nantikanlah.
Paket
itu akan menunggu di depan - pintu hatimu.
Kadang,
kita gak sadar pilihan itu sudah ada di depan mata.
Begitu
kehilangannya, baru terasa.
No comments