Semesta Punya Cara Sendiri dalam Menjawab Asa

 

Semesta Punya Cara Sendiri dalam Menjawab Asa

Kalau saya menengok ke belakang untuk evaluasi diri, ternyata banyak sekali hal yang patut saya syukuri. Percaya atau tidak, hampir semua keinginan saya bisa terwujud dengan cara yang tidak terduga-duga. Dulu waktu masih kuliah, saya ingin sekali mempunyai seekor anjing golden retriever. Membelinya di petshop jelas tak mungkin karena tabungan saya pas-pasan. Ndilalah tetangga seberang rumah tiba-tiba menenteng seekor golden retriever betina remaja yang lehernya diikat dengan leash. Cantik sekali. Katanya anjing betina itu dari si kakak tetangga, tapi istrinya tidak bersedia merawat di rumah karena berisik dan agak nakal. Si betina itu akhirnya jadi anjing ras pertama yang saya miliki. Joyce namanya.

Masih di masa awal kuliah, saat itu saya paling malas disuruh menjelaskan alasan memilih jurusan Teknik Industri. Jadi kalau ada mentor atau dosen yang bertanya seperti itu saat Pekan Orientasi Mahasiswa (POM) atau awal perkuliahan, saya akan menjawab ngasal “supaya bisa kerja di mana aja”. Sebab konon kabarnya lulusan Teknik Industri memperoleh privilege berupa cakupan bidang pekerjaan yang luas. Dan sesuai kalimat kedua pada tulisan ini, kata-kata saya itu akhirnya jadi kenyataan. Sekarang saya bisa bekerja di mana saja karena saya seorang freelance writer. Namun, saya lebih sering bekerja di rumah, koloran aja, sampai sering dikira pengangguran atau bahkan mungkin ngilmu pesugihan. Persetan dengan anggapan orang, ya.

Ketika kuliah, saya tertarik dengan penampilan salah seorang dosen wanita saya yang mengajar mata kuliah Psikologi Industri. Orangnya sangat tenang, karismatik, dan tak pernah menunjukkan emosi negatif selama berinteraksi dengan mahasiswa. Beliau adalah mantan CEO Indomobil yang tajir melintir. Baginya, menjadi dosen bukan sekadar demi gaji melainkan karena passion.

Gaya berpakaiannya sederhana, hanya kemeja polos lengan panjang yang digulung tiga perempat dan celana bahan hitam setiap hari. Tapi semua kemejanya bermerek, entah itu Polo, Polo Ralph Lauren, atau Crocodile. Angan-angan saya saat mengagumi Beliau hanya satu, suatu saat saya juga ingin pakaian saya branded semua seperti Beliau. Betapa bersyukurnya saya karena lama-kelamaan keinginan receh ini juga terwujud. Bukan hanya karena selalu membeli baju branded, tetapi juga karena banyak kado ulang tahun atau buah tangan bermerek dari orang-orang terdekat. Meskipun sebenarnya setiap hari saya lebih sering memakai baju yang “gembel” dengan alasan kenyamanan kerja.

Satu keinginan lainnya yang juga sudah terwujud adalah punya TV LCD di kamar. Tadinya kamar saya menggunakan TV tabung yang jadul. Kualitas gambar dan suaranya masih cukup OK, tapi TV LCD tentu lebih menarik karena bentuknya tipis. Tak lama setelah keinginan itu muncul, orang tua saya membeli TV LCD second yang dijual salah seorang kolega. Hingga saat ini TV itu masih digunakan di kamar saya. Belum ada keinginan untuk mengganti TV LCD dengan TV Android yang lebih canggih. Bagi saya, TV LCD lebih dari cukup sebagai sarana hiburan di malam hari.

 

Lama-kelamaan saya pun malu meminta pada semesta dan pencipta-Nya. Sudah banyak hal menyenangkan yang datang ke hidup saya dengan cara yang tak disangka-sangka. Semesta yang lucu ini selalu punya cara tersendiri untuk mengabulkan keinginan saya. Jadi, saya rasa kini saya hanya perlu bersyukur atas semua hal yang terjadi dalam hidup saya. Hidup memang tak melulu tentang bahagia, tapi niscaya semesta juga selalu siaga dengan solusinya.

No comments