Pengalaman Jalan Kaki dan Fit Shaming

 

Pengalaman Jalan Kaki dan Fit Shaming

Dua bulan belakangan ini saya lagi sering jalan kaki. Saya nggak pede sih nyebut olahraga karena menurut saya ini bukan aktivitas fisik intensitas tinggi. Saya juga nggak hobi olahraga, lebih hobi rebahan. Tapi saya pikir nggak ada salahnya bergerak lebih banyak dari biasanya, terutama saat punya waktu senggang. Toh saya nggak jalan kaki setiap hari, kira-kira cuma 3 kali seminggu.

Rute jalan kaki saya simpel aja. Saya lebih suka masuk kompleks orang yang ujungnya nembus tempat pembuangan sampah, danau, dan dua tanjakan cukup besar. Lanjut sedikit lagi, ada kafe favorit saya, kolam renang umum, nembus kampung orang, paroki Kutabumi, lalu jalan lagi sampai balik ke rumah. Sebenernya dekat rumah saya ada jogging track. Kadang-kadang saya jalan kaki di jogging track, tapi lebih suka rute melewati danau dan kolam renang. Jogging track lebih sering dipakai anak-anak muda buat duduk santai atau bawa anjing jalan-jalan. Ada sih yang olahraga, makin sore makin rame, makanya saya males.

Ada beberapa hal yang bikin saya lumayan menikmati aktivitas jalan kaki, yaitu:

Mudah dan Murah

Siapapun bisa jalan kaki, bahkan nggak perlu ganti baju lagi, cukup baju rumah aja. Kalau saya sih pake sepatu olahraga dan kaos kaki supaya gerakan lebih leluasa. Sepatu olahraga itu sudah saya miliki sejak 12 tahun lalu, masih muat dan kualitasnya bagus. Enak untuk jalan kaki karena ringan dan empuk.

Nggak Perlu Janjian dengan Orang Lain

Belum lama ini, lapangan badminton di depan rumah saya baru direnovasi. Lapangan baru jadi keren karena dicat ulang dan dipasangi net serta lampu. Alhasil, semua berlomba-lomba main badminton, dari bocah sampai orang tua. Saya sempat janjian sama tetangga seberang untuk main badminton. Tapi janjiannya terpaksa kandas karena lapangan udah dikuasain bocah sejak jam 4 sore kurang. Tuh kan, kalau jalan kaki kan saya nggak usah janjian sama orang dan nggak usah nungguin lapangan kosong. Halangan jalan kaki cuma dua, fisik yang kurang fit dan cuaca yang lagi nggak bersahabat. Selebihnya, saya bebas jalan kaki kapan pun saya mau.

Momen Me Time dan Refreshing

Jalan kali adalah momen me time yang bikin saya lebih rileks. Saya terbiasa jalan kaki sambil dengerin musik dari iPod. Musiknya saya nyalain kenceng-kenceng supaya lebih asyik aja. Kemudian, saya bisa lihat kambing-kambing lagi makan rumput di sekitar danau, bisa liat tempat makan yang baru buka, dan bisa menghirup udara segar. Momen kayak gitu nggak akan saya rasain kalau sibuk kerja terus di rumah. Makanya saya berusaha luangin waktu untuk jalan kaki rutin selagi bisa.

Minim Cedera

Jalan kaki termasuk olahraga minim cedera dibandingkan olahraga lainnya seperti lari, angkat beban, bersepeda, dan sebagainya. Itulah sebabnya jalan kaki cocok untuk semua kalangan usia dan bentuk fisik, mulai dari anak-anak sampai orang tua, dari orang kurus hingga orang gemuk. Satu-satunya cedera yang saya alami hanya kulit telapak kaki mengelupas akibat menggunakan sepatu yang kurang nyaman. Gangguan ini nggak bikin saya berhenti jalan kaki karena masih terbilang ringan dan nggak mengganggu pergerakan. Saya mengatasinya dengan menempelkan plester pada kulit kaki yang terkelupas sebelum mulai jalan kaki jauh.

Bagaimana dengan Fit-Shaming?

Istilah fit-shaming memang masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Fit-shaming nggak jauh berbeda dengan shaming lainnya, seperti body shaming atau mom shaming. Secara sederhana, fit shaming bisa diartikan sebagai tindakan seseorang atau sekelompok orang yang mengolok-olok orang lain atau kelompok lain yang memilih menjalani gaya hidup sehat. Contohnya, temen kantor ngejek kamu sok hidup sehat karena sekarang kamu sering bawa bekal yang rendah kalori tapi mengenyangkan. Contoh lainnya, tetangga pada mencibir kamu karena sekarang sering olahraga pagi di sekitar rumah.

Nah, selama saya jalan kaki, sebenernya nggak banyak yang melakukan fit-shaming ke saya, tapi tetep ada. Saya inget banget waktu saya jalan kaki di sekitar danau, ada bapak-bapak yang nyeberang jalan sambil sok action lari-lari kecil di deket saya, ngece banget lah pokoknya. Saya sih nggak ambil pusing, pura-pura nggak liat aja. Apalagi saya pakai masker medis hitam dan kuping disumpel earphone, jadi cuek aja tetep jalan seperti biasa. Faktanya, memang masih banyak masyarakat di sekitar kita yang merasa aneh ketika melihat orang lain berusaha hidup sehat. Padahal saya jalan kaki juga nggak nyusahin siapa-siapa.

Mudah-mudahan kita nggak jadi orang yang melakukan fit-shaming ke orang lain. Jangan menganggap orang lain bodoh atau konyol dalam menjalani hidup sehat hanya karena diri sendiri hobi rebahan. Saya nggak menuntut orang lain untuk mengikuti gaya hidup saya dan saya juga nggak pengen orang lain mencampuri gaya hidup saya. Beda guru beda ilmu, jangan ganggu, cuy.

 

Jalani hidup masing-masing aja, gaes.

Pahami kalau semua orang punya hak berupa ruang personal yang tak bisa dicampuri siapa pun.

No comments