Cara Menghadapi Silent Treatment

Cara Menghadapi Silent Treatment

Saya termasuk orang yang hobi jadi silent reader di Quora. Rasanya seneng aja baca pertanyaan dan jawaban para penggunanya. Sering kali ada info baru atau pengalaman orang lain yang bermanfaat dan nambah wawasan.

Lalu suatu hari saya menemukan pertanyaan dan jawaban menarik ini di Quora:

silent treatment Quora

Yes, bagaimana cara menghadapi silent treatment.

Dulu saya termasuk orang yang takut banget saat ada orang terdekat yang silent treatment ke saya. Pengalaman hidup bikin saya merasa bersalah ketika dihadapkan dengan sikap tersebut. Rasanya kayak jadi orang paling berdosa sampe dicuekkin orang lain.

 

Alkisah dahulu kala, saya punya kenalan yang sangat saya hormati dan kasihi. Sayangnya, si bangsat ini hobi silent treatment ke orang-orang di sekitarnya, termasuk saya. Ketika dia lagi silent treatment ke saya dan berada dalam kondisi sendirian, saya berusaha bujuk dia agar mau maafin saya dan nggak diem lagi. Bahkan, ketika di depan orang-orang lain, saya tetap berusaha baik dan berperilaku normal karena saya menghargai dia, bukan karena saya pengen dia terlihat aneh.

Ternyata emang sayanya aja yang bego. Dia nyaman-nyaman aja tuh terlihat aneh di depan orang lain karena tidak meladeni saya. Kalau dibujuk, katanya lagi pengen diem sendirian biar tenang. Kalau nggak dibujuk, katanya saya nggak perhatian dan nggak paham dengan permasalahan yang terjadi sama dia. Jancuk kan tuh.

Dia selalu memberi alibi bahwa sikap diamnya itu agar kemarahannya nggak meledak-ledak. Halah bacot aja. Padahal dia juga nggak bakal mulai berkomunikasi duluan kalau bukan korban silent treatment-nya yang usaha mati-matian. 

 

Diam itu emas jika dilakukan pada momen yang tepat.

Namun, diam itu tai jika dilakukan atas dasar ingin selalu dipahami orang lain.

 

Ingat ya kampret, orang lain butuh penjelasan tentang kesalahannya dan butuh menjelaskan dari sudut pandangnya sendiri. Atau memang ngana aja yang baperan dan sok penting sampe lupa kalau orang lain juga punya perasaan dan kepentingan masing-masing.

Memahami orang lain terus-terusan itu capek, lebih capek daripada kerja rodi.

Soalnya kerja rodi itu yang capek fisik, tapi kalau ngertiin orang lain yang capek itu fisik, pikiran, dan hati.

 

Keinginan mempertahankan relasi baik dengan orang lain nggak sepatutnya diwarnai dengan silent treatment. Sebab silent treatment itu perilaku goblok yang buang-buang waktu. Kesal sama orang lain dan diam selama beberapa saat itu wajar. Namun bukan berarti silent treatment terus-terusan bikin elo keliatan keren ya bangsat.

No comments