Siapa
sih yang gak ngiler lihat foto-foto dan video kuliner Thailand yang hits di
Instagram?
Proses
pembuatannya kelihatan seru. Komposisi makanannya juga tampak menggiurkan dan
bikin semua orang ingin mencicipi. Kalau secara pribadi sih, saya gak terlalu
suka dengan makanan-makanan yang saya cicipi di Thailand. Tapi ini sih
penilaian subjektif saja. Entah karena saya belum berhasil menemukan makanan
yang benar-benar enak atau memang rasa makanannya gak sesuai dengan selera
saya.
Setelah
mengunjungi Thailand beberapa hari lalu, saya jadi tergugah untuk menulis
tips-tips wisata kuliner ini. Tentu saja tips ini dibuat berdasarkan pengamatan
saya selama berada di sana.
Jangan Lupa Tanya Harga Sebelum Membeli
Tips
yang satu ini sangat umum ketika berwisata kuliner, baik di dalam negeri maupun
luar negeri. Kita pasti tak mau kan membayar ekstra mahal untuk makanan yang
gak worth it. Hari pertama di
Thailand, saya mencicipi Pad Thai (kwetiau goreng Thailand) di pinggir jalan
dengan harga 120 baht per porsi (dengan kurs 1 baht = Rp 400,-). Memang sih
kalau dihitung-hitung, jadinya cuma 50 ribuan. Tapi saya agak gak rela karena
katanya jajanan Thailand itu murah dan enak.
Ternyata
di hari terakhir, teman saya menemukan Pad Thai di tempat lain dengan harga 40
baht per porsi. Pad Thai yang lebih murah itu porsinya pas untuk satu orang dan
harganya jauh lebih ramah untuk ukuran kantong turis Indonesia.
Tanya Dulu: Halal atau Tidak?
Masyarakat
Thailand mayoritas beragama Buddha, jumlahnya bahkan mencapai 95% dari populasi
penduduk secara keseluruhan. Inilah yang membuat makanan berbahan dasar babi
menjadi sangat populer.
Seriously pork and lard everywhere.
Buat
saya yang tidak menyukai daging babi, keberadaan aneka kuliner tersebut cukup
mengganggu. Aroma daging babi menyeruak di mana-mana. Saya agak jijik melihat makanan
dari babi dengan lemak super tebal dan juicy.
Apalagi mayoritas pedagang street food di
Thailand tidak bisa berbahasa Inggris. Orang yang tidak menyukai atau tidak
mengonsumsi babi harus teliti dan membiasakan diri untuk bertanya sebelum
membeli makanan.
Kalau
bingung, tunjuk saja makanan yang ingin dibeli sambil berkata “This is chicken or beef?”
Banyak Pegawai di Restoran Fast Food yang Tidak Bisa Berbahasa Inggris
Jangan berpikir kalau makan di restoran fast food Thailand adalah solusi terbaik untuk menghindari pedagang
street food yang gak bisa Bahasa
Inggris. Faktanya, banyak pegawai restoran fast
food yang gak bisa Bahasa Inggris. Waktu disebut chicken sih dia ngerti. Tapi pas teman saya bilang mau pesan nasi
putih (rice), jidat pegawai itu
langsung berkerut sambil senyum-senyum tanda gagal paham.
Pegawai itu lalu menulis kata “thigh” (paha) pada secarik kertas. Mbak, please Mbak. Kami udah nyebut kata “rice” dengan pronunciation sebenar-benarnya.
Akhirnya kami harus googling gambar
nasi putih dan kasih liat ke pegawai itu, barulah dia paham lalu segera meng-input order makanan yang kami pesan. Dari
situ kami berkesimpulan kalau banyak orang Thailand yang kurang paham pronunciation Bahasa Inggris dengan
benar.
Hal yang sama juga terjadi pada kasir supermarket. Saya mau
nanya, terasi dalam kemasan itu siap saji atau harus dimasak dulu.
“Miss, is it instant
product or I have to cook it before served?”
Pertanyaan saya cuma dibalas dengan senyuman gagal paham,
persis seperti pegawai restoran fast food.
Ya udahlah ya. Langsung beli aja. Saya gak nanya lagi daripada nanti kasirnya
makin gagal paham.
Hal yang sama gak saya alami lagi waktu jajan di restoran fast food Bandara Don Mueang.
Pramusajinya jauh lebih fasih berbahasa Inggris walaupun logatnya masih
Thailand banget. Pesanan saya berupa french
fries ukuran L dan pineapple pie bisa
diorder secara cepat dan lancar tanpa kendala bahasa. Mungkin karena pramusaji
restoran fast food di bandara
berhadapan dengan turis internasional setiap hari. Bahasa Inggrisnya pun jadi
lebih lancar dan gak malu-malu kucing.
Makan di Restoran Fast Food Harus Beresin Sisa Makanan Sendiri
Pernah makan di IKEA?
Kalau pernah, pasti sudah gak asing dengan konsep beresin
sisa makanan sendiri setelah selesai makan. Jangan nunjukkin mental orang
Indonesia yang maunya selalu dilayani ya kalau lagi makan di restoran fast food luar negeri. Termasuk restoran
fast food di Thailand. Biasanya ada
wadah khusus untuk membuang sisa makanan dan meletakkan piring kotor di
restoran fast food tersebut. Gak mau
kan kelihatan kampungan karena ninggalin meja kotor begitu aja setelah selesai
makan di restoran fast food di
Thailand?
Pilih Porsi Makanan Sesuai Kebutuhan
Porsi makanan dan minuman di Thailand ternyata jumbo. Minuman
milk tea aja gelasnya bisa seukuran
baskom kecil (Minuman aslinya bener-bener jauh lebih besar daripada yang kelihatan di foto.). Makanannya juga dijual dalam porsi besar, cukup untuk dimakan 2 hingga
3 orang yang kapasitas perutnya kecil. Jadi, jangan serakah dengan meminta
ukuran yang paling besar saat membeli makanan dan minuman. Alangkah lebih baik
bila kita mengamati dulu cara penyajian dan porsinya sebelum membeli. Supaya
makanan atau minuman yang kita beli tidak terbuang percuma karena porsinya
terlalu besar. Beli seporsi makanan atau minuman untuk dicicipi bersama-sama
tentu lebih seru dan hemat.
Jangan Sampai Terjerat Rayuan Tukang Tuktuk
Ternyata ada tukang tuktuk yang sudah bekerja sama dengan
restoran atau toko souvenir tertentu. Sehingga mereka akan mendapatkan komisi
bila membawa kita makan atau berbelanja di tempat tersebut. Ketika kita naik
tuktuknya, kita akan ditawari makan di restoran seafood dan langsung diantar ke restoran tersebut. Gilanya, biaya
makan di restoran seafood tersebut
bisa mencapai 1.000 baht per orang (sekitar Rp 400.000,-).
Kalau mau naik tuktuk untuk jalan-jalan keliling Thailand sih
gak masalah. Namun kita wajib memastikan bahwa kita tidak akan diajak ke
tempat-tempat yang tidak kita inginkan, ya. Sampaikan destinasi yang ingin kita
datangi secara jelas. Jangan ragu untuk protes jika tukang tuktuk malah
mengarahkan kita ke tempat lain yang mencurigakan.
Lebih baik kita mencari street food sendiri karena kita bisa lebih cermat memilih makanan yang kita sukai. Kesempatan bertemu extreme food seperti kalajengking goreng pun jauh lebih besar jika kita berburu kuliner secara mandiri.
Jajanan dan Oleh-Oleh Makanan Lebih Murah di Supermarket
Dulu
saya pernah membaca review blogger tentang
membeli oleh-oleh makanan di luar negeri. Blogger
tersebut berpendapat bahwa membeli oleh-oleh makanan lebih murah di
supermarket atau minimarket dibandingkan di toko oleh-oleh khusus. Kini saya
sudah membuktikannya sendiri di Thailand. Harga oleh-oleh di toko khusus jauh
lebih mahal daripada oleh-oleh di supermarket atau minimarket.
Sebungkus
bumbu tom yum siap saji dibanderol dengan harga 40 baht di toko oleh-oleh.
Kemasannya pun sudah dibungkus khusus. Setiap plastik berisi 4 bungkus bumbu
sehingga kita tak bisa membelinya secara satuan. Padahal produk bumbu tersebut
hanya 16 baht di supermarket dan minimarket. Kemasannya pun dijual satuan
sehingga kita leluasa membeli sesuai jumlah yang kita butuhkan. Hal yang sama
juga berlaku pada jenis oleh-oleh lainnya seperti biskuit, cokelat, buah
kering, kacang, juhi, dan masih banyak lagi.
Nah,
95% oleh-oleh makanan yang saya bawa dari Thailand memang saya beli di
supermarket dan minimarket. Saya agak nyesel sih sempat belanja oleh-oleh
makanan di dried food market. Bentuknya
kayak toko khusus makanan gitu. Untungnya, saya gak beli banyak oleh-oleh di
situ. Lebih asyik belanja oleh-oleh makanan di minimarket atau supermarket.
Sampai saya lupa fotoin isi supermarketnya karena terlalu asyik milih
oleh-oleh.
Sekian
dulu ya ulasan tips tentang wisata kuliner di Thailand. Kesimpulannya, street food dan makanan Thailand lainnya
gak terlalu cocok dengan lidah saya. Indonesia
food is the best. Lain kali kalo berkesempatan kembali lagi di sana, saya
pasti shopping oleh-oleh makanan di
supermarket atau minimarket. Ada Supermarket Big C, Supermarket TOP, Seven
Eleven, dan masih banyak lagi. Bye bye toko
oleh-oleh makanan yang mahal dan bikin kantong jebol.
emang jarang-jarang ya yang bisa bahasa inggris dan memang harus selalu hati-hati dalam memilih makanan apalagi bagi muslim yang gak makan daging babi, alkohol dan lainnya..
ReplyDelete