“Ketika kita terlalu sibuk menjadi dewasa,Kita sering lupa bahwa mereka semakin menua.”
Ungkapan
tersebut tentu tak asing lagi di telinga kita. Sering kali orang tua merasa
mulai ditinggalkan anak-anaknya ketika sang anak beranjak dewasa. Mulai sibuk
meniti karier, membangun keluarga kecil, dan mengejar keinginan-keinginannya. Kesannya,
anak-anak yang melupakan orang tua yang mulai memasuki usia senja.
Padahal
mungkin sama saja. Saat anak-anak masih kecil, orang tua juga sering kali sibuk
dengan urusannya sendiri. Sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan anak.
Menganggap anak masih terlalu kecil untuk diajak berbicara dari hati ke hati. Hingga
akhirnya tercipta pembatas tak kasat mata antara orang tua dan anak. Barangkali
orang tua merasa sangat mengenal anaknya. Merasa sudah mengetahui hal-hal yang
disukai anak, sahabat-sahabatnya, atau sesuatu yang menyebalkan bagi anak. Benarkah
demikian?
Memang
sih video McD Indonesia tersebut tujuannya untuk mempromosikan makan-makan di McD.
Soft selling gitu deh. Tapi, nilai
videonya terbilang istimewa dan membuat pemirsanya penasaran ingin nonton
sampai habis. Itulah kekuatan soft
selling. Selalu ada touching story yang
berhubungan dengan realita.
Faktanya,
hal-hal yang diketahui orang tua tentang anaknya tidak selalu tepat. Orang tua
kerap merasa bahwa anak-anaknya senang bila memiliki banyak mainan baru, pergi
liburan, atau menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya. Sebenarnya hal-hal
tersebut tidak selalu benar. Ada momen yang membuat anak ingin lebih dekat
dengan orang tuanya. Ingin dimengerti dan didengarkan, berbicara dari hati ke
hati.
Banyak
kegelisahan anak yang akhirnya tidak kunjung mendapat jawaban. Banyak waktu
yang hilang karena orang tua tidak mengenal anaknya secara mendalam. Kegelisahan
tersebut akhirnya dibawa terus hingga dewasa. Ibarat kerikil tajam yang ada di
sepatu tertutup. Orang lain melihat kita baik-baik saja saat mengenakan sepatu
itu. Apalagi kalau sepatunya mahal, berkualitas, dan cocok dengan bentuk kaki
kita. Namun, sebenarnya kita sendiri yang menahan nyeri akibat kerikil di dalam
sepatu itu.
Saat
dewasa, kita mulai menyadari bahwa ada hal-hal yang sebaiknya kita simpan
sendiri. Bukan karena tidak ingin berbagi dengan orang-orang terdekat. Melainkan
karena kita tidak mau membebani mereka yang kita sayangi. Sebab ada hal-hal
besar yang memang membuat kita tak mampu menceritakannya. Tak kuasa
mengucapkannya walaupun kata-kata itu sudah berbaris di ujung lidah. Biarlah kita
memikul hal besar tersebut. Selagi kita masih sanggup dan kuat. Selagi kita
masih bisa membuat mereka yang kita sayangi tersenyum setiap hari.
Kalau lawan bicaramu mendengar dengan sepenuh hati,beban pikiranmu menjadi ringan.Kalau kamu tambah ruwet,meski yang mendengarkanmu tadi seolah serius mendengar,berarti dia tidak benar-benar hadir untukmu.-Dee Lestari-
No comments