7 Prinsip Hidup Sarkastis yang Gue Banget


Mayoritas orang cenderung menghindari orang yang sarkastis. Maklum saja, pernyataan sarkastis memang rentan bikin orang tersinggung bahkan hingga sakit hati. Sudah jadi sifat alami manusia untuk senang dipuji dan mendengarkan sesuatu yang indah-indah.
Saking sarkastisnya, sering kali saya mendapat komentar miring dari orang-orang di sekitar saya.
“Iiih, kok gitu banget sih, Mel.”

Ya terus saya harus gimana dong. Sarkastis yang identik dengan kekasaran memang seru. Saya lebih suka dianggap sebagai orang yang sarkastis daripada lugu. Tujuh prinsip hidup sarkastis ini bikin saya makin melek dan sadar. Bahwa hidup tidak selalu indah dan niat baik tak selalu dianggap baik oleh orang lain.

Iyain aja biar cepet.

Prinsip yang satu ini paling efektif digunakan untuk menanggapi orang tua yang sedang marah-marah. Atau ketika ada nasihat yang sebenarnya hampir mustahil untuk diikuti. Malah belum tentu kan orang yang menasihati juga bisa melakukan hal tersebut saat berada di posisi kita. Mengamati dan menasihati hidup orang lain memang jauh lebih mudah daripada menata hidup sendiri.
Jadi, lebih baik kita iyain aja biar cepet. Daripada kita menyinggung orang yang sedang panjang lebar menasihati kita. Kebiasaan yang satu ini sebenarnya cukup baik untuk menjaga perasaan orang lain. Meskipun mungkin sebenarnya kita tidak terlalu yakin dengan omelan atau nasihat yang baru kita terima.

Yang gak ada duitnya jangan diurusin.

Ups, prinsip yang satu ini kesannya pasti matre banget, ya. Sejujurnya memang iya. Ngapain coba ngurusin sesuatu yang gak menghasilkan duit? Misalnya ngurusin hidup orang lain.
Alangkah lebih baik jika kita sibuk mengurus hal-hal yang membuat kita produktif ketimbang mencampuri urusan orang lain. Kalau sibuk mengurus pekerjaan, kita bisa mendapatkan uang banyak dan karier cemerlang. Namun kalau sibuk dengan hidup orang lain, cuma jadi bacot yang gak menghasilkan apa-apa. Lebih keren jadi workaholic kan daripada jadi orang kepo?

Kalo gak ikhlas ya gak usah ngasih.

Memberi sesuatu kepada orang atau pihak lain harus didasari rasa ikhlas. Jika tidak ikhlas, pemberian tersebut tidak akan jadi berkat bagi kita maupun pihak yang menerima. Malah kita bisa jadi dosa karena bersungut-sungut setelah memberikan sesuatu. Lebih baik kita gak usah ngasih kalau tidak ikhlas. Lumayan kan, kita jadi gak perlu nambah-nambahin dosa. Walaupun mungkin kita jadi dicap pelit. Biar saja. Anggapan orang-orang tak akan berpengaruh bagi kita kalau kita tidak peduli.

Gak usah ngurusin orang. Urus aja diri sendiri.

Prinsip yang satu ini sebenarnya berhubungan dengan “yang gak ada duitnya jangan diurusin”. Nah, lebih baik kita urus diri sendiri daripada sibuk ngurusin orang lain, kan?
Mulailah dengan menata kehidupan pribadi. Mencari pekerjaan berkualitas, menata penampilan, hidup sehat, menjalin hubungan dengan lawan jenis, dan menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat. Jadilah pribadi yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang-orang terdekat yang kita sayangi. Tak perlu peduli dengan pendapat orang lain. Toh orang lain gak ngasih makan dan menanggung hidup kita.

Saudara bakal dekat kalau kita kaya.


Betapa beruntungnya orang-orang yang berhubungan baik dengan saudara-saudaranya. Sebab sering kali saudara terasa lebih jauh daripada sahabat atau tetangga. Banyak orang yang hanya didekati saudaranya ketika sudah kaya. Sudah mapan dan hidup berkecukupan. Bila kita miskin, saudara lebih memilih untuk menjauh karena takut dipersulit. Karena takut kita bergantung secara finansial. Namun semua kejadian tersebut akan berbalik seandainya kita yang “berada di atas”. Semua akan mendekat, menjadi akrab, agar mudah meminta bantuan saat membutuhkannya.

Kita dari miskin udah sombong.


“Dia tuh sombong banget sekarang. Mentang-mentang udah kaya.”
Kalau mau sombong itu jangan pas udah kaya, sombongnya harus dari miskin supaya orang-orang tidak kaget. Maksudnya, kita harus “sombong” dengan menunjukkan harga diri dan integritas. Mulailah berusaha dengan kaki dan tangan sendiri tanpa merepotkan orang lain. Usahakan untuk tidak bergantung kepada orang lain, terutama untuk urusan finansial. Ketika nanti kita sudah sukses, tak akan ada ucapan yang menyatakan bahwa kita adalah kacang yang lupa dengan kulitnya. Reputasi besar itu harus kita bangun bermodalkan kemampuan diri sendiri.

Kalau udah gak niat, emang ada aja cara nolaknya.

Saya selalu menghayati prinsip yang satu ini:

“Jika saya berniat menolong orang-orang terdekat, saya pasti akan melakukan apa pun . Tak peduli sesibuk apa pun, saya pasti akan meluangkan waktu, ide, dan tenaga. Sebaliknya, saya juga selalu punya cara menolak bila saya benar-benar tidak niat menolong.”
Seperti halnya perkara ikhlas atau tidak ikhlas, demikianlah prinsip saya dalam menolong orang lain. Mungkin saya terkesan sangat kejam. Tanpa tedeng aling-aling. Sebenarnya saya hanya berusaha menghargai keberadaan orang-orang yang mengasihi saya. Jadi, saya berusaha memilah-milah sebelum menolong. Siapa yang mesti ditolong dan siapa yang tidak. Menolong tanpa perasaan ikhlas tak akan menghasilkan pahala. Cuma akan menimbulkan perasaan terpaksa saat melakukannya.

Tak pernah ada kata penutup untuk sikap sarkastis tanpa batas. Barangkali saya belum berubah ke arah yang lebih baik. Namun, setidaknya saya selalu memantaskan diri dan mengusahakan hal tersebut.





No comments