Kebetulan Adalah Takdir yang Menyamar

Tanggal 1 Juli 2018 lalu, S-one (salah satu channel TV Korea Selatan) baru saja menamatkan tayangan ulang sebuah drama. Seperti drama-drama khas Korea Selatan lainnya, drama tersebut sangat menarik dengan balutan nuansa fantasi yang kental. Drama 16 episode itu menceritakan tentang seorang dokter pria dari Kerajaan Joseon (mungkin lebih cocok disebut tabib) bernama Heo Im yang ditakdirkan tidak bisa mati.

Pada awalnya, Heo Im berpindah tempat sendirian ketika lolos dari kematian. Ia masuk ke dunia lain yang lebih modern, 400 tahun lebih maju daripada kehidupannya di Kerajaan Joseon. Perjalanan ruang dan waktu tersebut membuat Heo Im mengenal seorang dokter wanita modern untuk pertama kalinya. Dokter bedah jantung bernama Choi Yeon Kyung itu ternyata merupakan bagian dari takdir Heo Im.
Dalam suatu insiden yang tak disengaja, Heo Im yang mati sembari memeluk Yeon Kyung akan kembali ke Joseon dalam keadaan hidup. Hal tersebut kemudian terjadi beberapa kali. Setiap Heo Im ingin pergi ke Joseon atau kembali ke peradaban modern, dia akan berusaha membunuh dirinya sendiri atau meminta bantuan orang lain untuk membunuhnya.
Anehnya, Yeon Kyung yang selalu ikut dalam perjalanan aneh itu akan tetap baik-baik saja selama berada di pelukan Heo Im. Permasalahan-permasalahan di dunia modern maupun Joseon terus bergulir sampai akhirnya Heo Im dan Yeon Kyung menyadari bahwa mereka tidak mampu berpisah. Keduanya sudah menjadi bagian dalam takdir istimewa yang tidak bisa dirasakan orang lain.



Berkaca dari drama fiksi itu, kini aku semakin sadar bahwa ini memang takdir kita. Karena tak ada yang kebetulan di dunia ini, semuanya pasti bagian dari suratan takdir.
Kebetulan hari itu aku mencari kalian.
Kebetulan hari itu kalian mulai menghubungiku.
Kebetulan hari itu aku menyempatkan diri bertemu kalian.
Dan kebetulan-kebetulan lainnya yang terus menyatukan kita.

Dalam takdir kita ini, aku akan menjalani bagianku semampunya. Beberapa waktu lalu tentu aku sempat membuatmu kesal. Namun, aku berjanji tak akan melakukannya lagi. Kala itu aku merasa tak bisa menceritakannya kepada siapa-siapa, tidak juga kepada kalian. Aku jadi kesal kepada diriku sendiri. Menganggap bahwa semua orang hanya ingin didengar tanpa mau mendengarkanku. Padahal harusnya aku lebih memaklumi karena masalah-masalah kalian jauh lebih berat.
Tidak, aku tidak akan merajuk lagi. Aku tidak akan meminta siapa pun untuk memahamiku lagi. Aku akan terus berusaha menjadi sandaran, terutama untuk kalian. Aku tidak sedang menyembunyikan apa-apa. Hanya saja sedang tidak ingin menceritakan apa pun kepada siapa pun.
Terima kasih untuk setiap cerita yang kalian bagi. Cerita yang membuatku tidak merasa sendiri dalam setiap kesendirianku. Salah satu kebahagiaanku adalah melihat kalian tertawa bersama. Karena di situlah bagian terbaik dari takdirku. Aku akan selalu menjadi “tembok beton”. Kalau kalian sedang lelah, putus asa, atau ingin marah, segera bersandarlah.
Semoga kalian percaya kepadaku. Bahwa aku akan selalu ada.
Dan semoga keberadaan itu memang diharapkan dan ada manfaatnya.











No comments