Segini
saja.
Jarak
di antara kita segini saja.
Aku
ingin menjauh, tapi hati ini tak bisa.
Aku ingin
mendekat, tapi aku takut hatimu terluka.
Saat
kita jauh, jangan sekalipun membenci jarak,
karena
sejatinya jarak membuat rindu itu terjadi.
Jarak adalah
sebuah garis batas,
tetapi
jalinan perasaan adalah penembusnya.
Jarak itu
sebenarnya tak pernah ada.
Pertemuan
dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.
Bohong
rasanya ketika bicara jarak
tidak membuat
sebuah pertemanan berjarak juga.
Karena
sejauh apa pun jarak,
doa akan
sampai.
Jarak hanya
cobaan untuk melihat seberapa jauh cinta bisa bertahan.
Yang
membuat hubungan terasa jauh bukanlah jarak,
tetapi
kepercayaan yang luntur.
Jarak
hanyalah satu titik kecil tak berarti.
Rindu
adalah satu koma yang takkan menghentikan kalimat tentang kau dan aku.
Bukan
membenci, hanya saja jaga jarak.
Agar rasa
yang dulu tak hadir kembali.
Perlu ada
jarak
untuk tahu
bahwa rindu itu nyata ada.
Jarak
hanyalah cara Tuhan untuk membuat kita memperjuangkan bahagia.
Jaraklah
yang mempertemukan kita.
Bukan memisahkan.
Bila tak
ada jarak, tiada kita. Hanya aku. Kamu.
Karena
wajah rindu,
lebih menakutkan
dari yang diceritakan jarak.
Dalam keterbatasan
kita hanya bisa bersabar,
lalu kemudian
apakah jarak disebut sebagai keterbatasan?
Jarak
yang terpisah
tidak bisa
memutus ikatan hati yang tulus.
Ketika
merasa renggang,
coba tanya
hati tentang apa saja yang disembunyikan.
Menanti
adalah keputusan terindah ketika jarak memisahkan kita.
Karena
jarak memaksa untuk berkembang.
Karena
jarak memberi keluarga baru
saat sedih
dan senang.
Karena
jarak membuat mengerti
indahnya
kata pulang.
Sebab jarak
akan selalu ada prasangka.
Namun ketika
doa telah terucap, maka ia akan sigap mengubahnya.
Aku
mulai memahami kehadiran jarak.
Ia
memastikan kehangatan kenangan dan kesetiaan merindu.
No comments