Kenapa Banyak Perempuan Suka Sama Bad Boy?

 

Kenapa Banyak Perempuan Suka Sama Bad Boy?

Judul artikel yang satu ini memang masih menjadi misteri terbesar bagi dunia. Banyak orang heran, kok bisa perempuan-perempuan itu kepincut sama bad boy. Padahal masih banyak lelaki lain yang katanya jauh lebih baik. Pengalaman yang pernah saya rasakan berikut ini mungkin bisa sedikit menjelaskan jawaban untuk pertanyaan tersebut.

Waktu sekolah dulu, saya punya seorang teman SMU. Sebut saja namanya Jo. Saya nggak pernah sekelas dengannya tapi saya mengenalnya karena sering main bareng saat classmeeting. Biasa deh, momen classmeeting memang bikin murid antar kelas bebas bergaul satu sama lain. Jo bukan murid yang tampan atau menonjol secara akademis. Dia tampak menyukai musik karena sering bermain gitar dan unggul dalam beberapa mata pelajaran, yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, dan Matematika. Saya anak IPA, sedangkan Jo anak IPS. Seisi sekolah mengenal Jo sebagai bad boy, entah apa alasannya. Penampilannya memang laki banget. Dia termasuk murid yang nggak banyak omong dan bukan tipe cari muka sama guru.

Ketika SMU, saya hampir selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki. Ada satu dua teman yang biasanya pulang jalan kaki bersama saya. Begitu pula dengan Jo dan temannya yang satu lagi, Alvin. Namun, saya dan Jo tidak pernah pulang bersama. Awalnya saya mengira rumah Jo di daerah Ampera, tak jauh dari rumah saya. Karena saya sering tak sengaja bertemu Jo di jalanan Ampera pada sore hari. Suatu hari, teman pulang saya ada acara sehingga saya berjalan kaki sendirian. Di tengah jalan pulang, saya bertemu Jo lalu pulang bersama. Kami tak banyak ngobrol selama di jalan. Tiba-tiba Jo bilang dia ingin belok karena rumahnya sudah dekat. Oh, ternyata rumah Jo bukan di Ampera, saya pikir saya mesti melanjutkan dua pertiga perjalanan pulang sendirian.

Setelah Jo berpamitan, saya pun melambaikan tangan. Kemudian saya mulai melanjutkan perjalanan pulang. Tak sampai 5 menit kemudian, ada motor yang membunyikan klakson di belakang saya. Saat menengok ke belakang, saya agak terkejut, ternyata itu Jo. Tas sekolahnya sudah tidak ada tapi dia masih pakai seragam. Dia menyuruh saya naik ke motornya untuk diantar pulang.

“Yuk, buruan naik!”

Nah lho, siapa sih yang tak terpesona dengan lelaki yang tak banyak omong tapi langsung menunjukkan action nyata. Dia mengantar saya pulang padahal kami bukan teman akrab atau teman sekelas. Jo memacu motornya dengan kecepatan tinggi sehingga saya bisa sampai di rumah dalam waktu beberapa menit saja.

Saya nggak naksir sama Jo. Namun, saya menaruh respect kepadanya. Saya sangat menghormati perilakunya yang berbaik hati mengantarkan saya pulang dengan motor. Saat tiba di rumah, saya mengucapkan terima kasih dan melambaikan tangan, dia cuma membalas dengan sedikit perubahan ekspresi muka lalu melesat pergi dengan motornya. Kalau dia bisa sebaik itu sama saya, kemungkinan besar dia bakal jauh lebih baik lagi sama pasangannya. Di mana pun kamu berada sekarang, tetap pertahankan sikap gentle dan kebaikanmu ya, Jo.

No comments