Sebelum pandemi saya beberapa kali mendapatkan undangan acara untuk kalangan blogger. Biasanya saya hadir karena tertarik dengan temanya atau fee yang lumayan. Sejujurnya, saya nggak terlalu suka menghadiri acara seperti itu. Salah satu hal yang paling nggak saya sukai adalah kehadiran gerombolan blogger hits yang udah saling kenal.
Para blogger hits itu biasanya hadir dengan penampilan yang agak mencolok. Riasan wajahnya menor, bajunya heboh mirip tirai Turki, dan suaranya jelas jauh lebih lantang daripada orang lain yang juga menghadiri acara tersebut. Ketika bertemu, biasanya mereka saling sapa,
“Eeeeeh, Mbak X. Makin cantik iiiih, kangen deh (sambil cipika-cipiki).”
Lalu mulailah basa-basi tai kucing, cekakak-cekikik satu sama lain. Saling puji padahal palsu. Aroma kesombongan menyeruak memenuhi ruangan. Mereka biasanya nyaris nggak memberikan ruang bagi orang lain untuk mengajak ngobrol atau sekadar memperkenalkan diri. Bahkan, mereka juga nggak mau tuh senyum ketika saling kontak mata dengan blogger lain di acara itu. Perabotan nge-blognya juga ribet, sampai bawa laptop. Kayaknya mereka nggak kenal teknologi bikin catetan di smartphone. Makanya, bawa laptop segede gaban sambil sok sibuk ngetik agar dikira blogger profesional. Ups, saya nyinyir banget, ya.
Biasanya saya mengamati sekeliling sambil berkenalan dengan orang-orang yang tampak sedang sendirian. Cara ini saya lakukan untuk mencairkan kebekuan ketika saya nggak kenal satu pun orang di ruangan itu. Sesekali saya juga ngobrol ringan dengan kenalan baru, saling tanya tentang asal kantor atau institusi dan lainnya.
Sombong di Offline, Sombong di Online
Kesombongan si influencer ini ternyata bukan cuma terjadi di acara offline, melainkan juga di event online. Bagi orang lain mungkin ini bukan masalah besar. Ya bagi saya juga bukan sih, cuma saya jadi tergerak pengen nyinyir aja karena kejadian ini. Beberapa minggu lalu saya mengalaminya sendiri ketika saya sedang ikutan campaign salah satu bank terbesar di tanah air. Kala itu, semua peserta diharuskan membuat video yang harus diunggah ke Instagram dan Tiktok.
Saya sudah lebih dulu submit video sejak satu minggu lalu. Namun, saya masih harus mengamati percakapan di grup WhatsApp terkait dengan laporan submit serta urusan benefit berupa uang tabungan dengan nilai tertentu. Di saat yang bersamaan, saya mesti mengurus data-data HP yang agak bermasalah. Sialnya, pesan WhatsApp dari admin grup tidak terbaca di HP lain tersebut. Saya jadi agak panik karena khawatir ada info penting yang terlewatkan. Akhirnya, saya berinisiatif menghubungi salah satu influencer di grup tersebut untuk menanyakan tentang isi WA yang tidak terbaca.
Inilah respon yang saya dapatkan:
Saya tau semua orang punya kesibukan masing-masing, apalagi ibu rumah tangga. Sibuk seharian itu bukan hal mustahil. Selalu ada aja yang harus diurus. Di samping itu, memberikan info kepada orang yang nggak dikenal juga harus ekstra cermat supaya nggak disalahgunakan. Tapi saya nggak minta aneh-aneh kok. Hanya minta dibantu screenshot penggalan percakapan WA grup yang nggak terbaca di HP saya. Emangnya saya ngerepotin banget ya?
Kalau menurut pendapat pribadi saya sih, si “kakak” yang saya mintai tolong ini ya emang sombong aja. Saya dan dia memang nggak saling kenal, tapi berbagi sedikit informasi buat orang lain emang salah? Toh saya udah berusaha memperkenalkan diri sesopan mungkin. Bila dia curiga saya bukan member grup yang lagi modus pengen ngapa-ngapain data dia, ya dia tinggal cek aja di grup.
You think you flower, Wak?
Setelah saya bilang nggak apa-apa kalau nggak bisa (kirim screenshot group), dia juga hanya jawab satu kalimat yang intinya “maaf tadi sibuk”. Jadi, dia nggak berusaha untuk kasih screenshot yang sudah saya minta dari tadi siang. Intinya dia memang nggak mau membantu. Iyeee, tau dah yang influencer paling hits.
Tapi Masih Ada Orang Baik Kok
Beberapa jam setelah WA saya belum dibales di kakak hits itu, saya memutuskan kirim WA serupa ke satu anggota grup lainnya. Karena saya sudah menduga kalau si influencer hits belagu itu nggak bakalan mau kirimin saya screenshot. Jadi, saya kirim WA lagi ke seorang blogger pria yang sekiranya usianya agak lebih tua dari saya. Dari 50 anggota grup, saya memilih si Bapak ini karena menurut saya cara berkenalan dia di grup cukup ramah. Saya kirim WA pembuka dengan kalimat yang sama seperti yang saya kirim ke si Kakak hits.
WA saya memang nggak langsung dibalas sama si Bapak. Ada kira-kira 3-4 jam kemudian baru dibalas. Nah, responnya si Bapak ini ngademin hati karena saya langsung dikasih screenshot WA grup. Si Bapak juga bantu forward-in file PDF yang isinya laporan tentang siapa aja yang udah submit video. Sebagai bentuk terima kasih, saya minta link video si Bapak di IG supaya saya bisa nonton dan kasih komentar. Lumayan kan buat nambahin engagement konten si Bapak.
Untungnya, masih ada orang baik di antara orang-orang berlagu yang saya temui di dunia ini. Makasih Mas A yang namanya nggak saya sebut secara lengkap di tulisan ini. Tetap jadi orang baik di mana pun Mas berada. Kebaikan sekecil apapun bisa sangat bermakna bagi orang lain.
Makasih juga buat Kakak A, si micro influencer hits yang pongah. Kakak jadi contoh bahwa manusia model kayak Kakak masih ada dan kayaknya nggak bakal punah. Terima kasih juga karena sifat berlagu itu bikin saya jadi punya bahan gibah di blog pribadi. Semangat, ya. Semoga punya circle yang sama sombongnya agar selalu nyambung dan bahagia.
No comments