Kepada manusia yang sedang merayakan,
dari aku yang sedang menunggu waktu pulang.
Aku bukan siapa-siapa.
Hanya seekor kambing – atau sapi,
atau domba – yang selama ini kalian beri makan,
lalu digiring ke lapangan.
Katanya, ini hari besar.
Katanya, ini hari pengorbanan.
Tapi tak seorang pun bertanya: “apakah aku takut?”
“Apakah jantungku berdetak cepat?”
“Apakah aku tahu apa yang akan terjadi?”
Jawabannya: ya. Aku tahu.
Dari getar langkahku.
Dari sorot mata saudaraku yang lebih dulu ditarik, dan tak pernah kembali.
Aku melihat anak-anak tertawa,
orang-orang merekam dengan ponsel mereka,
seakan ini tontonan yang patut dibanggakan.
Padahal, aku hanya ingin pergi dengan tenang.
Jika memang aku harus pergi,
maka bukan darahku yang aku sesalkan,
tapi cara kalian memperlakukan tubuhku seperti benda – bukan jiwa.
Aku tahu ini bagian dari iman.
Tapi tidakkah kasih sayang juga bagian dari itu?
Bukankah pengorbanan sejati harus datang dari hati,
bukan dari tontonan?
Jika ada yang membaca ini, dan hatinya ikut bergetar,
maka biarlah kalian jadi cahaya kecil yang menyelimuti kepergianku
dengan doa dan belas kasih.
Aku tak minta banyak.
Hanya sejumput penghormatan sebelum tubuhku menjadi bagian dari bumi,
dan dagingku menjadi bagian dari tangan-tangan yang lapar.
Selamat merayakan.
Dan ingatlah kami yang diam – tapi merasa.
Dari aku, yang dulu sempat punya nama.
Sumber: akun TikTok @sintaandkiki
No comments