Review Film: Si Doel The Movie

Sejujurnya, saya excited banget waktu tahu bahwa sinetron Si Doel Anak Sekolahan (SDAS) akan diangkat ke layar lebar. Kehadiran Si Doel The Movie sukses membuat saya bergegas ke bioskop setelah enam tahun. Iya, tahun 2018 ini barulah saya nonton film lagi di bioskop sejak terakhir menonton Habibie dan Ainun di tahun 2012.
Seakan gak mau melewatkan momen, saya pun langsung memilih show pertama di hari pertama pemutaran Si Doel The Movie. Waktu saya pilih-pilih tempat duduk, masih cukup banyak kapasitas yang tersisa di bagian depan. Namun ternyata satu bioskop terisi penuh tepat saat film dimulai. Wah, berarti bukan saya aja deh yang penasaran. Para milenial dan generasi-generasi pendahulu lainnya pasti juga gak sabar bernostalgia dengan film ini.

Alur Cerita

Si Doel The Movie menyuguhkan alur cerita maju, tanpa flash back sama sekali kecuali pada kemunculan latar suara Babe (Benyamin Sueb), Engkong (Hj. Tile), dan Encang Rohim (Tb. Maulana Husni) di awal film. Latar suara para pemeran SDAS yang berpadu dengan visualisasi sudut-sudut rumah Doel membawa ingatan kita kembali ke tahun 90-an. Ketika SDAS masih ditunggu-tunggu setiap minggu di televisi.
Selanjutnya, alur cerita berlangsung relatif cepat sejak Doel dan Mandara tiba di Belanda. Alur yang cepat juga digambarkan oleh latar belakang Hans mengundang Doel ke Belanda yang terungkap seiring dengan berjalannya film. Namun, Rano Karno tetap berhasil menyuguhkan jalan cerita realistis di balik alur yang cepat.
Bagian yang sedikit membingungkan adalah perjalanan Doel dan Mandra yang katanya akan tinggal selama satu minggu di Belanda. Namun ketika Doel sudah bertemu Sarah dan berencana menginap semalam di rumahnya, Doel mengatakan bahwa lusa ia harus kembali ke Indonesia. Berarti kira-kira Doel dan Mandra  menginap di rumah Hans selama 2-3 hari ya?

Kekuatan Karakter

Tak ada karakter SDAS yang diganti dalam Si Doel The Movie. Semua aktor dan aktris masih berhasil menyuguhkan karakter kuat yang sudah terbangun selama 26 tahun. Mimik wajah, intonasi, dan ciri khas masing-masing karakter masih tetap sama. Doel sebagai karakter utama masih tak banyak bicara, cenderung kaku, dan sering menunjukkan kegelisahan melalui gestur tubuh. Demikian pula halnya dengan Zaenab yang gayanya tetap lembut, agak klemar-klemer, dan pasrah.
Bagaimana dengan Sarah?
Pada pertemuan pertamanya dengan Doel setelah 14 tahun berpisah, karakter Sarah tampaknya tidak kehilangan chemistry dengan Doel. Cerita berjalan natural dan bikin baper saat Sarah dan Doel saling berpandangan di Tropen Museum. Selanjutnya, karakter Sarah yang hangat dan periang mulai tampak ketika sudah bertemu dengan Mandra. Kedewasaan karakter Sarah juga ditampilkan melalui kemampuan memasaknya. Sarah yang dikisahkan sebagai anak gedongan di SDAS sudah mahir memasak makanan khas Betawi sejak tinggal di Belanda.
Selain Doel, Sarah, dan Zaenab, karakter lainnya pun masih memiliki ciri khas yang sama. Mandra yang tetap kocak tanpa Mas Karyo sebagai tandemnya. Atun yang ceplas-ceplos dan sering keceplosan hingga akhirnya membuat Zaenab baper. Bahkan, Mak Nyak yang sedang dalam kondisi sakit tetapi tetap berusaha melakoni perannya dengan baik.

Mandra dan Candanya yang Khas

Kehadiran Mandra dalam Si Doel The Movie terbilang cukup mengobati rasa kangen kita terhadap SDAS. Meski tanpa karakter Babe dan Mas Karyo, Mandra berhasil menghidupkan nuansa humor Si Doel The Movie melalui perilaku, dialog, dan monolognya. Setiap adegan yang diperankan Mandra disusun secara apik oleh Rano Karno sehingga mampu menghasilkan humor segar dan ringan khas Betawi.

Chemistry Doel dan Dul

Chemistry antar Doel dan anaknya tidak terlalu tampak erat saat pertama kali bertemu. Rey Bong yang berperan sebagai Dul sukses menggambarkan sosok anak yang merasa canggung bertemu ayahnya untuk pertama kalinya. Walaupun tak banyak dialog antara Doel dan Dul, tetapi chemistry yang istimewa benar-benar terlihat ketika adegan perpisahan di bandara. Sepotong adegan Doel dan Dul yang so sweet sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan hubungan ayah dan anak.

Teknik Pengambilan Gambar

Si Doel The Movie banyak melakukan eksplorasi keindahan negeri kincir angin. Karena 70% adegannya memang berlatar negeri Belanda. Ada beberapa landmark Belanda yang menyempurnakan kesan drama dalam film ini. Suasana musim dingin di Belanda ketika Doel akan naik trem meninggalkan Sarah adalah salah satu yang paling memorable.
Sudut pengambilan gambar lainnya yang menjadi favorit saya adalah ketika Sarah menyambut Dul (Abdullah, anak Doel dan Sarah) sewaktu Doel sudah berada di ruang makan rumah Sarah. Teknik pengambilan gambarnya mampu menggambarkan kehangatan hubungan ibu dan anak sekaligus kegelisahan Doel yang belum pernah bertemu anaknya.
Oh iya, ada sedikit bagian yang agak disayangkan. Sebenarnya tidak terlalu detail tetapi sedikit mengganggu, yaitu ketika adegan Doel dan Mandra baru tiba di rumah Hans. Ada gangguan teknis suara yang menyebabkan beberapa kalimat Mandra dan Hans terdengar samar-samar. Namun, gangguan tersebut tentu tidak mempengaruhi kesempurnaan cerita secara keseluruhan.

Sedikit Perbedaan Cerita di Sinetron dan Film

Secara keseluruhan, Si Doel The Movie memang melanjutkan jalan cerita sinetronnya. Namun, ada beberapa detail yang malah menampilkan perbedaan di sinetron dan filmnya. Pada versi film, Mandra menyatakan bahwa dirinya tidak tahu bahwa Sarah pergi ke Belanda dalam keadaan hamil. Padahal, episode SDAS yang menceritakan kehidupan pasca pernikahan Doel dan Sarah menjelaskan bahwa seluruh anggota keluarga Doel sudah mengetahui kehamilan Sarah. Kala itu, Mandra sendiri yang ditugaskan Mak Nyak untuk memberi tahu Atun dan Mas Karyo tentang kehamilan Sarah.
Si Doel The Movie menggambarkan bahwa Zaenab dan Doel tidak tahu bahwa Doel memiliki anak dari pernikahannya dengan Sarah. Padahal, film televisi Si Doel Anak Pinggiran yang tayang beberapa tahun lalu justru menggambarkan hal berbeda. Anak Doel dan Sarah sempat diantar ke rumah Doel oleh Mama Sarah dan bertemu dengan Zaenab. Mungkin untuk alasan dramatisasi, jalan cerita pun dibuat sedikit berbeda dari versi terakhir yang tayang di televisi.
Perbedaan lainnya juga muncul dari latar belakang pekerjaan Doel. Pada beberapa season SDAS, Doel diceritakan sudah menjadi orang sukses yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan. Namun, Si Doel The Movie mengisahkan bahwa Si Doel bekerja sebagai teknisi lepas (freelance) dengan gaya hidup sederhana. Itulah sebabnya Doel sangat berterima kasih kepada Hans yang memberinya pekerjaan sampingan. Karena Hans meminta Doel memasok barang-barang khas Betawi untuk Tong Tong Fair di Belanda.
Beberapa perbedaan antara SDAS dan Si Doel The Movie tersebut mungkin tak terlalu terasa bagi mayoritas penonton. Hanya penonton yang sudah berulang kali menyaksikan SDAS secara lengkap saja yang mungkin akan menyadari perbedaan tersebut.

Zaenab Hamil? Sarah Kembali ke Jakarta?

Ada beberapa bocoran pada Si Doel The Movie yang menunjukkan bahwa romansa cinta segitiga Doel, Sarah, dan Zaenab akan berlanjut dalam format sinetron. Setelah 14 tahun tinggal di Belanda, tampaknya Sarah berencana kembali ke Jakarta bersama Dul. Bocoran lainnya yang agak menggelitik adalah adegan Zaenab muntah-muntah di halaman belakang rumah. Belum ada kejelasan lebih lanjut mengenai dua hal tersebut. Namun, kedua bocoran itu pasti membuat penonton SDAS dan Si Doel The Movie makin penasaran.
Konflik akan semakin kompleks jika ternyata Zaenab memang hamil dan Sarah benar-benar kembali ke Jakarta. Secara keseluruhan, Si Doel The Movie sangat menarik dan layak untuk ditonton.
Jadi, siapa yang kira-kira akan menang?
#TeamSarah atau #TeamZaenab?





4 comments

  1. Wah kelihatannya bagus dan menarik banget nih buat ditonton.
    Keren lah pokoknya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren banget, gan. Gak nyesel deh kalo nonton :)

      Delete
  2. Aku belum nonton sama sekali. Jadi penasaran. Pengen lihat jiga kemistri Doel dan Dul. Makasih sharingnya mbk. Salam, muthihauradotcom

    ReplyDelete
  3. Chemistry Doel-Sarah ngangenin, Mbak. Yuk langsung ditonton kalo udah sempet :)

    ReplyDelete