Aku Pamit


Aku pamit, ya.
Satu tahun belakangan ini aku berusaha meyakinkan diriku bahwa tidak terjadi perubahan apa-apa, tetapi nyatanya aku tak bisa meyakini hal itu.
Aku pamit bukan karena ingin pergi begitu saja menyisakan luka.
Hanya saja genggaman tangan kita kian merenggang sehingga aku patut menyiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk.
Terima kasih sudah memberi banyak cinta dan pengalaman indah.
Terima kasih untuk beberapa tahun yang sangat menyenangkan. 
Terima kasih telah menjadi sumber inspirasi.
Terima kasih karena telah banyak memaklumiku selama ini.
Masa-masa kebersamaan kita akan senantiasa mengisi tempat istimewa di hatiku.

Mohon maklum kalau sesekali aku masih muncul.
Sering kali aku tak kuasa menahan rindu meskipun aku sudah berusaha sekuat tenaga.
Atau kadang-kadang perasaanku yang tak nyaman mendorongku untuk kembali menghubungi.
Padahal selama ini aku sudah berusaha menyibukkan diri, sesibuk mungkin supaya lepas dari rasa kehilangan.
Maaf kalau kemunculanku kerap mengganggu atau mungkin menjengkelkan.
Namun, kalau nanti butuh sesuatu silakan langsung mencariku.
Kalau aku bisa, pasti aku usahakan semampuku.

Aku tidak punya hak dan kekuatan untuk mengubah apa-apa.
Dan aku pun tak pernah menyalahkan siapa-siapa.
Aku pamit bukan karena tak mengasihi, melainkan karena aku justru tak ingin menyakiti siapa pun dengan perkataan atau perbuatanku.

Aku selalu bilang kalau aku tak punya banyak.
Kalian adalah salah satu kepunyaanku yang paling berharga.
Aku mengejar namun tetap tertinggal.
Aku menggenggam namun tetap saja lepas.
Tapi tak mengapa jika kebersamaan memang harus disudahi.
Sebab aku tahu bahwa hidup harus terus berjalan walaupun melangkah sendirian.
Niscaya aku akan digantikan oleh orang lain yang jauh lebih baik, yang lebih tepat untuk mendampingi kalian.
Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya.
Semoga kita bahagia dengan cara kita masing-masing.



No comments