Selamat Ulang Tahun, Bu!

Selamat Ulang Tahun, Bu!

Bu, selamat ulang tahun.

Harapanku hari ini untuk Ibu masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Semoga Ibu selalu sehat, bahagia, banyak berkat, dan rezeki.

Semoga Ibu semakin sabar dan semakin bijaksana dalam menjalani hidup.

Semoga semua cita-cita Ibu bisa tercapai.

Terima kasih untuk semua berkat dan cinta yang boleh aku terima dari Ibu.

Terima kasih atas semua pelajaran kehidupan yang Ibu berikan.

Terima kasih pernah menjadi salah satu sosok paling berharga dalam hidupku.

Terima kasih pernah membuatku merasa sangat dikasihi.

 

Bu, tahun-tahun terakhir yang sudah berlalu memang berat bagi Ibu.

Namun, semoga beban-beban itu berganti menjadi rasa syukur di kemudian hari.

Bersyukur karena Ibu dijauhkan dari hal-hal yang jauh lebih buruk daripada beban itu.

Seperti yang pernah aku tulis dalam catatan pribadiku, dunia tidak dipenuhi orang baik, Bu.

Aku tak ingin Ibu disakiti terlalu dalam seperti yang pernah Ibu rasakan dulu, atau bahkan mungkin rasa itu menetap hingga saat ini.

Tapi pada akhirnya aku harus sadar bahwa aku hanya manusia biasa, yang tak punya daya apa-apa untuk melindungi Ibu.

 

Aku ingin selalu menemani Ibu.

Membantu Ibu semampuku.

Namun, Ibu tampaknya kurang nyaman dengan kehadiranku 2 tahun belakangan ini.

Apa yang disembunyikan oleh hati, akan diperlihatkan oleh sikap. 

Aku sudah berusaha sekuat tenaga menjaga Ibu dengan caraku sendiri.

Menyapa setiap hari walaupun mendapat balasan sekadarnya saja, tanpa antusiasme, tanpa kesan hangat.

Aku tidak pernah menyerah, keadaan yang lambat laun membuka mataku.


Aku hanya manusia biasa.

Manusia hina yang ingin dikasihi seperti dulu.

Egoiskah aku bila mengharapkan kasih sayang yang tidak pernah berubah?

Jika Ibu memang nyaman karena aku menjauh, tentu saja aku tak punya kuasa untuk menolaknya.

Maaf untuk hari ulang tahun Ibu yang tanpa pesan singkat dan pelukan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.

Oh iya, aku lupa.

Ibu punya banyak murid hebat di luar sana.

Ada yang dokter, ada yang pengusaha, ada yang kuliah di luar negeri, dan lainnya.

Apalah artinya satu ucapan dari aku yang cuma pekerja serabutan ini.

Banyak yang mengasihi Ibu sepenuh hati, kan?

 

Aku pernah bertanya kepada-Nya, mengapa semua jadi begini.

Rupanya kebebalan membuatku tidak mendapatkan jawaban.

Cuma satu hal yang akhirnya kupahami.

Manusia tidak bisa menggenggam erat-erat hal apapun yang sudah tidak ditakdirkan untuknya.

Mengasihi berarti mengikhlaskan.

Kurasa ungkapan ini memang benar:

kita hanyalah wayang yang sesekali berbisik kepada dalang:

 "Bolehkah kisah bahagiaku diulang?"

 

Bila aku boleh lancang berpesan,

hal-hal buruk yang konon akan menghampiri di masa depan tak pantas diimani, Bu.

Jalani hidup dengan bahagia.

Hargai ribuan kebaikan yang sudah diberikan orang lain.

Jangan biarkan kebaikan itu lekang dan terlupakan karena satu dua kebaikan orang-orang baru,

bagaikan panas setahun dihapus hujan sehari.

Kasihi orang-orang terdekat selagi ada waktu, selagi kita masih bisa melakukannya.

Apa yang kita lihat dan kita dengar belum tentu sepenuhnya benar.

Sebab kini kebenaran acap kali sekadar ilusi.

Bukalah mata hati Ibu,

agar ekor gajah yang Ibu pegang tak Ibu sangka ular.

Jangan lupa memanusiakan manusia-manusia terdekat di sekitar Ibu

sebelum nantinya Ibu mampu dan berwenang memberikan bantuan hukum kepada orang lain.

 

Mungkin sebaiknya Ibu mengenang aku sebagai orang yang sudah mati,

seperti Santo, Tante Irene, atau Bang Bir.

Orang-orang yang sudah pergi selamanya selalu punya keistimewaan dan sejuta kebaikan untuk dikenang.

Jadi, aku akan sangat bahagia bila ada sisi baikku yang abadi dalam ingatan Ibu.

 

Aku tidak pernah berhenti mengasihi.

Aku hanya berhenti menunjukkannya.

Karena seseorang yang tahu kalau kita begitu mengasihinya akan berbuat seenaknya kepada kita.


Sebuah payung tidak akan digenggam lagi ketika seseorang melihat pelangi.

Hujan sudah reda.

Tugasku sebagai payung sudah usai.

Sekarang bahagialah bersama pelangimu.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Bu.

 

 

No comments