Hidup terkadang seperti pecahan kaca.
Ada kehancuran yang tak bisa diperbaiki, melainkan diganti.
Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya.
Bukan berarti kamu tidak bisa hancur.
Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit kembali ketika berkali-kali jatuh.
Jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan.
Tidak ada yang tahu.
Karma itu instan.
Hari ini bisa saja kamu menghancurkan perasaan seseorang tanpa rasa bersalah.
Tapi, bisa juga besok kamu akan mengalami kehancuran yang lebih parah.
Dan hati yang hancur terkadang mengobati diri sendiri dengan asal-asalan.
Seperti kaca pecah yang disatukan secara serampangan.
Tidak semua yang hancur itu terlihat,
tidak semua yang sedih itu menangis,
tidak semua senang itu bahagia,
kita semua pernah menipu agar terlihat baik-baik saja.
Percayalah, setelah kamu hancur,
kamu tidak akan menjadi orang yang sama.
Perilakumu mulia berubah, bahkan cara berpikirmu pun mulai berubah.
Selalu menggunakan logika dibanding perasaanmu.
Karena hancurmu kemarin bukan hal yang ingin kamu ulangi lagi.
Jadilah seperti air,
yang tidak hancur ketika aliran sungainya berubah.
Ketika suatu perkara diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya,
kehancuran tinggal menunggu waktu.
Para pecundang mati-matian menyalahkan Tuhan dan orang lain
atas kehancuran hidup yang dibuatnya sendiri.
Berempati tanpa batasan itu justru bisa menghancurkanmu.
Mencoba memahami perasaan orang lain,
berpotensi untuk membuatmu terhanyut dalam kekacauan yang sama seperti mereka.
Karena itulah,
dalam berempati pun kamu harus tahu batasannya,
agar kedamaianmu tetap terjaga.
Jangan jadi orang yang terlalu keras, kau bisa hancur.
Jangan jadi orang yang terlalu lembut, kau bisa diperah.
Aku, biarlah seperti bumi.
Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani, diam meski dipanasi.
Sampai kau sadar, jika aku hancur, kau juga.
Dunia memang jahat,
tapi lebih jahat lagi orang yang tahu hidupku berantakan
lalu malah dibuat lebih hancur.
Tidak peduli seberapa keras hatimu hancur,
seberapa banyak air mata yang telah kau teteskan,
ingatlah dunia tidak berhenti untuk kesedihanmu.
Pintar-pintarlah melapangkan hati,
karena ada beberapa hal yang semakin dipertahankan semakin hancur.
Mari ambil sisi baik dari setiap dinamika yang ada.
Pernah ada sesuatu yang rasanya berat sekali, ternyata bisa dilewati juga.
Pernah ada sesuatu yang rasanya sangat hancur dan tak akan ada jalan lagi,
ternyata semuanya masih baik-baik saja.
Kita cuma perlu bertahan dan terus melaluinya.
Bisa jadi yang buruk hanya di pikiran saja.
Aku melewati titik terhancurku sendirian.
Tak ada uluran tangan, tak ada rangkulan,
tak ada dekapan, tertinggal kebingungan dan tak lagi memiliki tempat kepercayaan.
Maka bila aku tidak lagi membutuhkan siapa-siapa saat menghadapi cobaan,
mohon dimaafkan.
Itu sudah melekat menjadi hal alami untukku dalam bertahan.
Jadi orang itu jangan terlalu bersandar sama orang lain.
Entah itu pasangan, keluarga, sahabat, atau siapa pun.
Nanti kalau sandaranmu pergi,
kamu hancurnya nggak selesai-selesai.
Karena yang membuatmu hancur
adalah harapanmu yang terlalu tinggi.
Aku tidak sudi memulai pembicaraan tentang si keparat itu.
Namun,
aku senang diajak membicarakannya
sebab aku selalu menantikan kabar kehancuran dirinya.
No comments