Mutiara dari Tiram


Mutiara dari Tiram

Tiram tidak dilahirkan untuk menghasilkan mutiara.

Itu bukan misi hidupnya.

Itu bukan tujuan asalnya.

 

Mutiara hanya wujud apabila tiram terganggu,

terganggu apabila benda asing seperti pasir, serpihan, atau parasit

masuk ke dalam tubuhnya secara senyap.

 

Dan tubuh kecil itu tidak punya senjata.

Satu-satunya cara untuk bertahan ialah melindungi diri.

Maka ia mulai menyelaputi “luka” itu

dengan lapisan demi lapisan nacre – bahan yang akhirnya menjadi mutiara.

 

Menariknya,

proses ini bukan sekali. Ia berulang.

Hari demi hari. Minggu demi minggu.

Setiap lapisan adalah tindakan balas diam terhadap ketidaknyamanan.

 

Tiram tak mengadu. Ia tak menjerit. Ia hanya bertahan.

Dan tanpa sadar, ia menciptakan sesuatu

yang akhirnya dianggap sebagai objek paling bernilai di dunia, yakni sebutir mutiara.

 

Mutiara bukan hasil dari nikmat.

Ia bukan lahir dari keadaan sempurna.

Ia muncul karena ada gangguan. Ia tumbuh dari luka.

Dan proses itu panjang, perlahan, dan penuh tekanan.

 

Tapi lihatlah hasilnya, kilauan yang dicari manusia,

simbol kemewahan, kecantikan, dan keanggunan.

Semuanya bermula dari satu titik yang menyakitkan.

 

Hidup kita juga begitu.

Ada perkara yang tak kita inginkan, tapi tetap datang.

Ada kesakitan yang tak sempat kita tangkal, tapi di situlah pertumbuhan terjadi.

 

Kita belajar jadi kuat bukan saat bahagia, melainkan saat tidak ada pilihan.

Kita membangun daya tahan bukan ketika dipuji, melainkan ketika dilukai.

 

Dan dalam diam,

kita berubah menjadi sesuatu yang lebih kuat, lebih halus, lebih bernilai.

Walaupun orang hanya melihat kilauan, bukan luka di dalam.

 

Mereka yang punya banyak “mutiara” dalam hidup

selalu tak banyak bercerita.

 

 

Sumber:

Mohd Zariman Mansor / Akun Threads @Siti_Orkid

 

No comments