Agustus 2025 ini saya berkesempatan traveling lagi ke Thailand setelah pengalaman pertama pada Agustus 2017 lalu. Delapan tahun berselang, pilihan saya masih sama, yaitu Bangkok. Tapi kali ini lebih rasanya lebih seru dan menantang karena saya memutuskan pergi sendiri tanpa tour.
Tadinya sih pengennya Malaysia jadi negara pertama yang saya kunjungi tanpa tour. Alasannya tentu saja karena ada bahasa Melayu sebagai tumpuan hidup sehingga nggak perlu terlalu banyak pake bahasa Inggris atau bahasa tarzan. Namun, saya sempat ke Malaysia di tahun 2022 untuk kedua kalinya dan sudah lama nggak ke Thailand. Maka jadilah saya memilih ke Bangkok saja tahun ini.
Traveling berdua tanpa tour rasanya nggak masalah banget setelah Ibu saya menjalani dua operasi TKR pada 2024 lalu. Kakinya sudah sembuh dan 95% normal, bahkan dirinya selalu jauh lebih sehat dan semangat dibandingkan saya kalau pergi ke luar negeri. Sempat ada sedikit masalah yang membuat saya hampir reschedule jadwal keberangkatan setelah semua akomodasi siap. Untungnya, kendala itu bisa diatasi sehingga saya jadi pergi sesuai rencana awal.
Tadinya Saya Kira Traveling dengan Tour Banyak Kelebihannya
Pilihan pergi tanpa tour saya ambil setelah sebelumnya beberapa kali selalu ikut tour. Tadinya saya merasa bisa mendapatkan beberapa kelebihan pergi traveling dengan tour berikut ini:
- Akomodasi sudah disiapkan seluruhnya oleh pihak tour sehingga yang perlu saya perhatikan hanya persiapan pribadi dan uang saku.
- Urusan di bandara akan dibantu pihak tour sehingga risiko masalah menjelang penerbangan bisa diminimalkan.
- Bermalam di hotel yang lokasinya strategis karena pihak tour pasti tahu opsi terbaik.
- Banyak destinasi wisata yang bisa disinggahi dalam waktu satu hari sehingga pengalaman traveling lebih maksimal.
- Cocok untuk traveler yang membawa lansia, anak-anak (khususnya balita), atau orang dewasa dengan riwayat kesehatan khusus (misalnya keterbatasan gerak seperti pengidap osteoarthritis sendi lutut) karena pemberhentian selalu dilakukan tepat di lokasi wisata.
- Tidak perlu bingung mencari makanan karena paket tour sudah termasuk fasilitas makan 3 kali sehari atau setidaknya 1 kali sehari jika hanya ada fasilitas sarapan dari hotel tanpa makan di restoran pada siang serta malam hari.
Pada kenyataannya, saya justru merasakan bahwa beberapa kekurangan pergi traveling dengan tour ini lebih menonjol daripada kelebihannya:
-
Akomodasi memang sudah disiapkan, tetapi harga totalnya jadi jauh lebih mahal dibandingkan menyiapkan akomodasi sendiri. Harga yang ditawarkan pihak tour biasanya belum termasuk tip guide, biaya bagasi tambahan, visa (jika dibutuhkan), dan pengeluaran lainnya. Traveling mandiri memberikan kesempatan bagi kita untuk mencari tiket pesawat, penginapan, serta tiket tempat wisata lainnya yang jauh lebih murah. Ya ini wajar sih karena pihak tour juga butuh profit kan, ya. Tapi kalau sudah tahu bahwa traveling sendiri itu lebih murah, rasanya sayang banget ya ikut tour hanya untuk dapat pengalaman traveling seadanya.
- Setelah beberapa kali saya ikut tour, cuma satu kali tuh yang dibantu urus di bandara sama pihak tour. Itu pun pihak tour-nya kan nggak ikut terbang, jadi cuma dibantu sampai berhasil check in. Selebihnya, beberapa kali saya malah urus sendiri sampai tiba di bandara tujuan. Nggak ada satu pun pihak tour yang mengarahkan karena nantinya langsung aja ketemu di bandara.
- Hotel ternyata nggak di lokasi strategis kayak yang dibayangkan. Lokasinya justru agak jauh dari pusat keramaian. Jadi nggak bisa banyak eksplor deh. Pikiran keburu njelimet duluan serta menyita pengeluaran dan waktu kalau mesti pesan ojek, taksi, atau tuktuk hanya demi menuju ke jalan besar.
- Destinasi wisata yang bisa dikunjungi selama traveling dengan tour emang banyak. Saking banyaknya, satu tempat kadang cuma dikasih waktu 30 menit sampai 1 jam. Waktu itu masih terpotong dengan sesi foto-foto sambil bawa banner tour. Waktu buat menikmati tempat wisata kurang banget, tapi waktu buat kunjungan wajib ke toko souvenir malah lamaaaaa, wasting time. Apalagi kalau ke Bangkok-Pattaya pake tour tuh diwajibkan kunjungan 3 toko, yaitu toko oleh-oleh (lebih mahal daripada BigC dan Sevel pastinya), toko madu (dengerin penjelasan orang yang jual madu dengan durasi lumayan panjang), toko perhiasan (ini yang durasinya paling lama, bisa lebih dari 1 jam).
- Paket tour emang biasanya termasuk fasilitas makan. Namun, fasilitas ini malah bikin diri sendiri kewalahan. Soalnya makanannya tuh All You Can Eat (AYCE) jadi bikin jiwa nggak mau rugi ini bergelora. Sering kali rasanya nggak sesuai selera pribadi tapi tetep dipaksain makan karena ngerasa sayang udah bayar mahal-mahal. Ujungnya malah jadi nggak enjoy setiap kali jam makan. Sejujurnya, street food jauh lebih enak daripada makanan di restoran rekanan tour.
- Itinerary yang disusun nggak selalu tepat waktu, malah justru kebanyakan ngaret. Apalagi kalau teman satu rombongan tour emang tipe yang nggak bisa tepat waktu, udah pasti waktu terbuang sia-sia buat nungguin mereka. Mayoritas anggota rombongan udah kelar sarapan, eh masih nungguin mereka yang baru turun ke restoran hotel. Orang-orang udah balik lagi ke bus, eh masih nungguin mereka yang entah lagi jalan-jalan ke sebelah mana. Ngaretnya bisa lebih dari 1 jam dibandingkan jadwal semula. Annoying banget.
- Kalau kita paling muda atau paling jago fotoin orang, biasanya kita bakal dimintai tolong terus sama ibu-ibu satu rombongan buat bantu fotoin. Tau sendirilah ya tipikal ibu-ibu Indonesia yang outfit-nya kayak pengen ikut Jember Fashion Carnaval kalau jalan-jalan ke luar negeri. Hasil foto harus cetar membahana ceria merona sepanjang hari menggemparkan dunia dan seisinya. Amboi ribetnyo!
Kesimpulannya, traveling pakai tour cocok untuk:
- Orang yang baru pertama kali keluar negeri atau baru ke negara tujuan itu untuk pertama kalinya.
- Kaum lansia atau keluarga yang nggak mau repot nyusun itinerary sendiri.
- Solo traveling tapi belum berani solo beneran, jadinya tetap butuh teman meskipun orang-orang yang baru dikenal karena ikut rombongan tour yang sama.
- Traveler yang nggak hobi wisata kuliner, eksplor tempat baru, dan belanja oleh-oleh. Tujuan utamanya cuma pengen sightseeing aja kali, ya.
Traveling Mandiri Tanpa Tour, Bagaimana Jadinya?
Nah, kalo pengalaman pertama traveling tanpa ikut tour membuat saya akhirnya bisa menyimpulkan beberapa hal ini:
-
Diri sendiri dan teman seperjalanan harus ekstra teliti menyiapkan segala hal karena kita emang mesti mandiri. Ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan kalau mau traveling mandiri, antara lain persiapan akomodasi perjalanan, rencana antisipasi jika ada kendala selama traveling, serta perhatian terhadap hal-hal kecil yang sering kali tidak disadari. Nggak bakal ada yang bantuin kalau kita mengalami kendala apa pun, contohnya kehilangan paspor, ketinggalan pesawat, barang bawaan ketinggalan, dan lainnya.
- Pergi ke luar negeri buat saya bukan cuma tentang jalan-jalan, melainkan juga proses belajar dan pendewasaan diri. Mengunjungi negara lain harusnya bikin kita sadar bahwa di luar sana banyak yang lebih keren, lebih hebat, lebih istimewa, dan lebih segalanya dari kita. Dunia ini bukan berputar buat kita aja. Ke mana pun kita pergi, kita harus menghormati budaya di tempat tersebut.
- Hemat itu penting banget. Namun, kesehatan dan kenyamanan diri sendiri harus tetap jadi prioritas. Contohnya, saya sih memilih untuk pesan tiket pesawat dengan jam keberangkatan siang. Harganya memang agak mahal dibandingkan pesawat paling pagi atau paling malam, tapi waktu tersebut bikin saya enjoy banget. Saya jadi nggak perlu bangun terlalu pagi atau tidak tidur demi naik pesawat. Alhasil, badan tetap fit ketika sampai di negara tujuan. Saya pun masih punya banyak energi ketika tiba di Bangkok pada sore hari.
- Capek tapi seru. Banyak hal yang bisa dieksplor di negara tujuan, mulai dari tempat wisata, pilihan moda transportasi umum, makanan, sampai oleh-oleh. Selama ke Bangkok kemarin, saya lebih banyak bepergian dengan Bangkok Skytrain (BTS), bus AC, dan tuktuk. Amazing juga sih karena saya yang mageran ini berhasil nyusun itinerary 4 hari 3 malam bermodalkan info dari TikTok. Hasilnya, agenda jalan-jalan cukup memuaskan tapi nggak terlalu bikin badan rontok.
-
Lebih banyak peluang berhemat
dibandingkan pergi dengan tour. Kita bebas memilih moda transportasi
umum yang tarifnya tentu jauh lebih terjangkau daripada naik taksi atau taksi online.
Di samping itu, kita bisa nyobain street food yang harganya bersahabat
di kantong dan belanja di supermarket dan minimarket tanpa diburu-buru.
Enaklah, pilihan oleh-olehnya juga banyak banget. Nggak kayak belanja di toko
oleh-oleh
paksaanrekomendasi tour yang muahal dan varian barangnya terbatas. - Bebas ngatur waktu dan tujuan traveling sendiri. Pokoknya banyak kesempatan buat jajan di kafe, window shopping ke toko-toko lucu, berburu foto estetik sampai puas, atau bahkan sekadar duduk bengong lebih lama menikmati suasana tempat wisata populer. Pas capek banget, bisa pulang sebentar ke hotel untuk istirahat 1-2 jam sebelum jalan-jalan lagi.
Pada dasarnya setiap hal nggak bisa kita ketahui secara pasti kalau kita belum nyoba sendiri. Sah-sah aja kalau mau nyobain traveling pakai tour untuk mengungkap kelebihan dan kekurangannya dari segi pribadi. Di sisi lain, nggak ada salahnya nyobain traveling mandiri untuk merasakan sensasi dan beragam tantangannya.
Saya gimana?
Jika persiapan bujet dan tubuh bugar ini selalu mendukung, saya lebih memilih traveling mandiri dibandingkan pakai tour. Semoga kita senantiasa punya rezeki, kesehatan, dan kesempatan untuk traveling lebih jauh lagi dan lebih menyenangkan lagi daripada perjalanan sebelumnya.
No comments