Harapan yang Melemahkan

 Harapan yang Melemahkan

Pada suatu malam yang dingin, seorang pemuda bertemu dengan pria muda yang miskin. Pemuda itu bertanya, “Anda tidak kedinginan berada di luar sini tanpa baju hangat?”

Pria tua itu menjawab, “Aku tidak punya baju hangat…”

Lalu pemuda tadi pamit pulang dan berjanji akan kembali untuk membawakan baju hangat. Pria tua itu senang sekali. Namun si pemuda begitu sibuk hingga melupakan janjinya pada pria tua tersebut.

Barulah beberapa hari kemudian ia mengingatnya. Namun ketika dicari, pria tua itu sudah meninggal dunia. Pria tua itu pun meninggalkan catatan yang memilukan.

“Ketika aku tidak memiliki pakaian hangat, aku memiliki kekuatan untuk melawan dingin karena aku harus melakukannya demi bertahan hidup. Tapi ketika seseorang berjanji menolongku, aku terpaku pada janjinya dan itu melumpuhkan kekuatanku.”

 

Banyak banget kalimat motivasi yang bilang kalau kita nggak boleh berhenti berharap. Iya, serius banyak banget kata-kata kayak gitu. Ini contohnya:

Hidup tanpa harapan adalah hidup yang kosong.

Adanya cita-cita, setidaknya oleh itu, kita jadi semangat karena punya harapan.

Tidak ada kesuksesan yang terjadi kecuali pertama-tama kita memiliki harapan.

Berharap kerap digaungkan sebagai sesuatu yang positif, sebagai bentuk optimisme. Kalau berharapnya sama diri sendiri sih mungkin iya. Namun, nggak bisa dipungkiri bahwa justru harapan kepada orang lain malah melemahkan diri kita sendiri. Manusia itu sumbernya kekecewaan. Jadi ketika kita berharap sama orang lain, ya tinggal siap-siap kecewa aja.

Beberapa yang sering banget kejadian tuh orang-orang janjinya gini:

“Aku nggak bakal ninggalin kamu.”

“Aku lebih baik kehilangan segalanya yang lain daripada kehilangan kamu.”

Kemudian, manusia berubah secepat kedipan mata, menyisakan harapan kosong yang menorehkan luka dalam. Mana janjinya? Apakah bisa ditepatin?

Buktinya mereka masih hidup, bernapas segar bugar dan melupakan janji yang pernah diucapkan dengan begitu lancarnya. Kalau ditagih janjinya, jawabnya begini:

“Manusia kan bisa berubah.”

“Kamu sama aku kan udah nggak sejalan lagi.”

“Kamu tuh nggak pernah bisa ngertiin aku.”

Kochelaresse.

Berharap dapat menjadi sumber kekuatan jika ditujukan kepada diri sendiri. Supaya kita punya tekad kuat untuk maju, untuk menggapai cita-cita. Yakinlah bahwa tidak ada yang lebih mengecewakan daripada berharap kepada manusia.

Bukankah mati ditikam sembilu masih jauh lebih baik daripada dibunuh harapanmu sendiri?

No comments